Pastikan Alor Bebas Filariasis, Wabup Alor: Terimakasih Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia

Wakil Bupati Alor Rocky Winaryo, SH, MH menerima Tim surveilans filariasis Prof. dr. Taniawati Supali dari Departemen Parisitologi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia dan Adriani Lomiga dari Pokja Perubahan Iklim Propinsi NTT di Ruang Kerjanya, Selasa (01/07/2025). FOTO: OM MO
Wakil Bupati Alor Rocky Winaryo, SH, MH menerima Tim surveilans filariasis Prof. dr. Taniawati Supali dari Departemen Parisitologi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia dan Adriani Lomiga dari Pokja Perubahan Iklim Propinsi NTT di Ruang Kerjanya, Selasa (01/07/2025). FOTO: OM MO

KALABAHI,RADARPANTAR.com-Faklutas Kedokteran Universitas Indonesia melakukan surveilans filariasis di wilayah 4 Puskesmas di Kabupaten Alor yakni Puskesmas Lembur, Puskesmas Moru, Puskesmas Probur dan Ouskesmas Mainang.  Hasilnya Kabupaten Alor benar-benar bebas dari penyakit kaki gajah (filariasis).  

Wakil Bupati Alor Rocky Winaryo, SH, MH menyampaikan terimakasih dan rasa hormat kepada Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia yang menaruh rasa peduli terhadap warganya sehingga terus memberikan perhatian melakukan pencegahan dan pengobatan terhadap warga yang mengalami penyakit kaki gajah.  

Bacaan Lainnya

Mewakil masyarakat dan pemerintah Kabupaten Alor saya menyampaikan terimakasih banyak. Meski sudah benar-benar bebas filariasis tetapi kalau dapat datang lagi di Alor tahun depan untuk memastikan lagi apakah warga saya sudah benar-benar bebas dari penyakit kaki gajah ini atau tidak,  pinta Winaryo ketika menerima tim surveilans Prof. dr. Taniawati Supali dari Departemen Parisitologi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia dan Adriani Lomiga dari Pokja Perubahan Iklim Propinsi NTT, Selasa (01/07/2027) di Ruang Kerjanya.  

Baik Prof. Taniawati maupun Lomiga mengemukakan suka duka melakukan surveilans filariasis di wilayah 4 Puskesmas di Kabupaten Alor.   

Bupati dan Wakil Bupati Alor bersama Ketua Tim Penggerak PKK Kabupaten Alor Ny. Lidya Siawan Winaryo dalam obralan sante dengan tim surveilans filariasis Prof. dr. Taniawati Supali dari Departemen Parisitologi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia dan Adriani Lomiga. FOTO: OM MO

Untuk diketahui, surveilans filariasis adalah kegiatan pemantauan dan pengawasan terhadap penyakit kaki gajah (filariasis) yang disebabkan oleh cacing filaria yang bertujuan untuk mendeketeksi kasus, mengidentifikasi faktor resiko dan mengevaluasi upaya pengendalian filariasis agar dapat dilakukan intervensi yang tepat.

Puji Tuhan, berdasarkan hasil suveilans di wilayah 4 Puskesmas itu tidak ditemukan warga yang  positif. Hasil ini menggembirakan karena ini sejatinya komitmen kami. Tidak ada  yang positif lagi, artinya sudah beres atau eliminasi,  kata Prof. Taniawati kepada media ini usai bertemu Wakil Bupati Alor.   

Dosen Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia ini  mengatakan, Kabupaten Alor benar sudah tersertfikasi oleh Kementrian Kesehatan Bebas Filariasis. Tim yang turun ini hanya mau memastikan saja apakah masih bebas atau timbul lagi, dan ternyata tidak ada yang positif karena betul-betul sudah tidak ada.  

Anggota tim surveilans filariasis Adriani Lomiga mengatakan,  tim surveilans ini merupakan kolaborasi antara Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia dengan Dinas Kesehatan Kabupaten Alor untuk  mengecek kembali apakah masih terjadi penularan penyakit kaki gaja atau filariasis di Kabupaten Alor atau tidak.

Beberapa daerah  yang dipilih sebagai sasaran surveilans  adalah di wilayah Pukesmas Lembur, Puskesmas Moru, Puskesmas Probur dan Puskesmas Mainang.  Wilayah di 4 Puskesmas ini menurut Lomigah   tingkat prevalenci atau angka kejadian penyakit filarianya sangat tinggi.  

Jadi, kita perlu membersihkan di daerah yang banyak. Karena kalau di daerah banyak itu sudah tidak ada maka di wilayah lain pasti tidak ada, ujarnya.

Lomiga mengharapkan agar  kegiatan ini bisa memberikan hasil yang positif, artinya tidak terjadi penularan lagi sehingga masyarakat bisa lebih sehat.

Dijelaskannya,  seseorang dengan penyakit filaria itu dia akan sakit banyak, demam berminggu-minggu, kemudian sudah demam pasien tidak bisa melakukan kegiatan untuk memenuhi kebutuhan hidup. Kalau dia sudah sembuh berarti dia sudah melakukan aktivitas dan bisa mencari uang untuk memenuhi kebutuhan ekonomi.

Menurut Lomigah, memang ada sedikit tantangan dalam melakukan kegiatan ini karena kegiatan ini harus dilakukan pada malam hari, karena bibit penyakit filaria itu dia keluar di malam hari. Kalau pagi dan siang dia tidak ada. Harus dilakukan pada malam hari.

Dilakukan pada malam hari ini penting dipahami oleh teman-teman petugas kesehatan, kepala desa, RT/RW dan juga para camat sehingga membantu menggerakan warganya untuk dilayani pada malam hari. Selama kami di beberapa wilayah itu proses pengambilan darah berjalan dengan baik.

Memang ada juga masyarakat kurang merespon karena kita sudah terlalu jauh malam, tetapi banyak juga warga yang membuka diri, berkumpul. Jadi, mereka menurut saya pengetahuan tentang bahaya penyakit filaria ini sudah semakin baik  sehingga mau berpartisipasi dalam pengambilan darah.

Mungkin ada pekerjaan rumah lagi bahwa pemerintah Kabupaten Alor juga harus memperhatikan akses jalan di beberapa tempat yang menjadi sasaran kami melakukan surveilans. Ini bukan hanya untuk penyakit filarianya saja tetapi juga untuk mendukung semua program kesehatan yang ada di Kabupaten Alor, sebut Lomigah.

Filariasis memang tidak ada lagi tetapi Lomigah  mengaku menemukan fakta di lapangan jika terjadi peningkatan kasus malaria, ini perlu penanganan yang serius sehingga masyarakat Alor bisa lebih sehat dan lebih baik lagi.

Dia mengingatkan agar  jangan  ketemu lagi ada yang kakinya bengkak karena penyakit kaki gajah ini kalau kakinya  bengkak sudah tidak ada obatnya.  Cacat seumur hidup.  

Harusnya si sudah bersih karena kita pengobatannya   dulu tahun 2002-2027 jamanya Ans Takalapeta menjadi Bupati Alor, katanya sembari menambahkan, kita kemaren cari tidak ketemu lagi yang kaki bengkak yang baru. Ada yang di Mainang yang fotonya ada dulu tangannya dua-dua bengkak, kakinya dua-dua bengkak, itu saksi dan kita beberapa kali pengobatan itu ada fotonya dan terakhir ketemu sama yang bersangkutan (seorang bapak) itu tangan normal, kaki sudah berkurang sehingga tidak mengelami gejala-gejala filaria.  

Karena tidak ada yang positif sehingga tidak dapat kita obati selama kami melakukan survelance, kalau dapat harus diobati oleh tim, kata Lomigah. *** morisweni  

Pos terkait