Himbau Berhenti Jadi Kurir Politik, Abdullah Apa Mohon Ijin Masyarakat Alor Menuju Anggota DPR RI

JUMPA PERS-Abdullah Apa (kedua dari kanan) dan Deny Lalitan (pertama dari kanan) bersama jajaran DPC Partai Demokrat Kabupaten Alor dalam jumpar pers dengan pekerja media, Selasa (04/04). FOTO:MW/RP
JUMPA PERS-Abdullah Apa (kedua dari kanan) dan Deny Lalitan (pertama dari kanan) bersama jajaran DPC Partai Demokrat Kabupaten Alor dalam jumpar pers dengan pekerja media, Selasa (04/04). FOTO:MW/RP

KALABAHI,RADARPANTAR.com-Abdullah Apa, salah satu putra terbaik Alor menyatakan komitmen mencalonkan diri sebagai anggota DPR RI pada Pemilu 2024 mendatang Daerah Pemilihan NTT 1 yang meliputi Flores, Lembata dan Alor. Kepada publik nusa kenari, Abdullah yang juga Pengurus DPP Partai Demokrat ini mohon ijin untuk mengikuti kontestasi politik ini sekaligus menghimbau masyarakat Kabupaten Alor untuk berhenti menjadi kurir politik bagi basodara lain.  .  

Kalau kita tidak punya anggota DPR RI itu pasti kita sulit, oleh karena itu saya berpesan, cukup dan berhenti sudah, orang Alor jadi kurir politik buat kita punya basodara yang lain, pinta Abdullah Apa kepada publik Alor dalam jumpa pers dengan pekerja media di Kantor Demokrat Kabupaten Alor, Selasa (05/04).

Bacaan Lainnya

Daftar Pemilih Tetap (DPT) kita 141 ribu hari ini. Kalau kita bisa sampai 40-50 ribu saja  kita bisa ada wakil di DPR RI.  Terbukti, hari ini 6 anggota DPR RI di Senayan, ada yang lolos dengan 39 ribu lebih, ada yang jadi dengan 40-an ribu lebih, ada yang jadi dengan 70-an ribu lebih,  ada yang jadi dengan 120-an ribu, kata Abdullah sembari mempertanyakan, mengapa  kita yang DPT 141 ribu ini tidak bisa.  Karena kita orang Alor masih menjadi kurir politiknya orang lain.

Menurut dia, masih banyak orang Alor yang hanya menjadi tukang pasang baliho dan tukang antar stiker bagi basodara kita yang lain.

“Kita orang Alor ini bukan belum pernah ada yang maju. Sudah banyak tokoh dan senior-senior yang maju anggota DPR RI.  Tetapi ada kelemahan-kelemahannya, antara lain, kita orang Alor tidak punya basis sosial di luar Kabupaten Alor. Suara hanya gemuk di Alor tetapi di Lembata dan Flores Timur kita tidak bisa masuk. Selanjutnya, infrastruktur partai politik juga kita tidak bisa pegang. Kita orang Alor yang maju tetapi di DPC atau pengurus kabupaten saja tidak bekerja untuk kita,” ungkapnya.  

Abdullah Apa menegaskan memiliki basis sosial yang mumpuni di luar Kabupaten Alor yakni di Kabupaten Lembata karena besar-kecil di Lembata. Turun di Lembata bisa dengan bahasa kedang, keluarga semua masih ada di Lembata, sekolah sampai besar sampai di Lembata. Turun di Flores Timur bisa dengan bahasa Lamaholot. Artinya, komunikasi politik bisa nyambung.

Daerah lain, saya dengan senior saya Bang BKH bagi wilayah, Ende ke Timur saya punya, Ende ke Barat saya punya senior BKH. Infrastruktur juga demikian. Artinya, infrastruktur yang ada di Alor, Lembata, Flores Timur, Sikka, Ende bisa kerja buat kita. Ini yang jadi kekuatan saya, kalau tidak, kita hanya sama dengan mengulang sejarah yang telah dilewati senior-senior kita, urai Abdullah.  

Ditambahkan Abdullah, kita orang Alor ini hanya bisa pikul dulang hadiri orang lain punya pesta, saya ajak semua masyarakat, orang muda, mari kita sama-sama,  kita bangun kesamaan. Saya sudah membangun komunikasi politik dengan semua partai, prinsip politik yang saya bangun adalah negeri ini semua partai punya dan memiliki tujuan yang sama yaitu kita ingin bangun kita punya negeri di level kita masing-masing.

Saya sudah ajak diskusi semua pihak, tidak usa kita bicara warna, tidak usa kita bicara soal Alor atau Pantar, tidak usa kita bicara soal agama dan identitas … kita bicara sebagai orang Alor bahwa kita punya orang Alor harus kali ada satu di DPR RI, tandasnya.  

Dia mengaku  sudah membangun komunikasi dengan semua calon kepala daerah di daerah ini, saya datangi semua, saya ajak diskusi, ayo kita baku bantu, ayo kita sama-sama berjuang. Saya punya garansi, saya jadi atau pun tidak kita baku bantu. Besok-besok abang mereka jadi bupati ke Jakarta, saya ada di Jakarta. Saya pastikan saya fasilitasi dengan baik untuk bangun kita punya negeri, karena saya sudah dekat dengan kekuasaan di sana. Saya bukan baru cari jalan menuju Senayan, tetapi saya sudah di sana baru pulang. Kalau boleh kirimkan saya ke Senayan agar saya bisa fasilitasi dengan baik untuk bangun kita punya negeri.

Menurut dia, calon-calon Kepala Daerah yang ia datangi dan ajak diskusi, semuanya sepakat bahwa 2024, harus satu orang jadi anggota DPR RI dari Alor. Soal siapa nanti kita lihat.

Berdasarkan pengalaman demikian Abdullah, kader Alor yang bisa lolos menuju Senayan harus punya basis sosial di luar Alor dan punya struktur partai di luar Alor yang bisa bekerja buat calon DPR RI yang bersangkutan, itu baru bisa jadi pemenang. Ini menjadi syarat utama menurutnya ia memiliki syarat itu.  

Karena perjuangan ini berat sehingga Abdullah mengawalinya dengan memohon  dari kerendahan hatinya sambil  memohon ijin masyarakat Alor,  kampung halaman untuk berjuang menuju  DPR RI. Saya  sudah minta ijin tokoh-tokoh Alor, senior-senior, ijinkan saya maju ke DPR RI dan saya sudah dipercayakan Partai Demokrat. 

Abdullah Apa menyampaikan seribu terimakasih    kepada mereka yang datang memberikan bantuan untuk masyarakat Kabupaten Alor dan daerah, tetapi kita bukan butuh bantuan, kita butuh APBN untuk bangun kita punya negeri.

Kita juga tidak punya hutang politik dengan mereka, tidak punya beban politik, kemaren mereka datang maju dan kita berikan kita punya suara mereka jadi, mereka punya tanggung jawab untuk turun membantu negeri, jadi kita tidak punya hutang politik dengan mereka, pungkas Abdullah.   

Saya ringkas saja,  Asli dari Pantar, mama saya Kedang, saya lahir di Marica tetapi besar di Lembata-Kedang sekolahnya di sana.

Putra Asli Pantar yang menghabiskan pendidikan SD hingga SMA di Kabupaten Lembata ini mengisahkan,  hampir kurang lebih mau 4 Tahun ini ia berada di Jakarta, sebagai Pengurus Pusat Partai Demokrat yang  keseharian bekerja sebagai staf  ahli Fraksi di Partai Demokrat di Senayan.

Dalam posisinya sebagai staf ahli fraksi terang Abdullah, ia menyaksikan benar bagaimana transaksi kebijakan  dan anggaran untuk masing-masing daerah jika daerah tersebut ada keterwakilannya. Kita Alor dan Lembata ini dalam peta saja hanya titik. Sama sekali tidak pernah disebut orang. Padahal setiap periode kita orang Alor ini  berkontribusi menyukseskan calon-calon DPR RI dari 6 kursi yang ada di Senayan. 

Karena itu saya mulai bertanya-tanya, kenapa kita punya daerah ini koq tidak disebutkan. Saya bertanya kepada sejumlah Kepala Dinas yang saya bertemu di jakarta maupun di Alor,  kenapa sehingga daerah ini koq namanmya tidak disebutkan.

Berapa APBN yang diturunkan dari pusat untuk daerah kita,  jawaban beberapa dinas bahwa untuk tambahan APBN itu tidak ada.  Kita hanya murni dapat DAK/DAU yang sudah diatur dalam konstitusi untuk daerah kita di Alor.

Abdullah Apa mencatat tiga alasan, mengapa itu terjadi. Setelah ditelusuri ia menemukan tiga alasan yang membuat daerah ini dari periode ke periode,  APBN tidak pernah turun yakni pertama, komunikasi pemerintah daerah dengan pemerintah pusat kurang baik. Kedua,  komitmen pemerintah daerah juga kalau mau dibilang belum 100 % kurang dipercaya dari pusat. Ketiga, tidak punya keterwakilan anggota  DPR RI.  

Pemerintah daerah dan DPRD Alor ke Jakarta mengemis-mengemis begitu bahwa kita daerah tertinggal, termiskin dan lain sebagainya  … di Jakarta juga banyak, yang termiskin, tertinggal dan lain sebagainya, ujarnya.

Karena itu saya suatu waktu di akhir 2022,  ditelpon oleh senior-senior di DPRD Alor yang rupanya barus saja selesai paripurna penetapan APBD.  Mereka menyampaikan jika selama ini APBD kita hanya begini-begini saja, karena tidak ada tambahan APBN dari Jakarta.  Sedangkan dari Rp. 1,2 Triliun yang ada di APBD kita hampir 60 % sudah untuk belanja pegawai.  Sedikit sekali atau sisanya itu yang untuk belanja langsung bagi 18 kecamatan dan 175 desa/kelurahan. Wajar kalau daerah kita ini tidak pernah maju-maju, wajar kalau daerah kita ini tidak berkembang.

“Kita bilang Bupati harus dari gunung besar baru daerah ini bisa maju, saya sampaikan ketika dalam kunjungannya ke gunung besar, saya bilang sampai semua orang di gunung besar ini jadi bupati  pun  kalau kita tidak punya orang di pusat maka daerah ini tetap sama saja.  Orang bilang  orang Pantar jadi bupati baru bisa maju, tetapi kalau tidak punya anggota DPR RI  maka daerah juga tidak akan maju-maju,” ujar Abdullah Apa sembari menambahkan,  solusinya cuma satu, siapapun bupatinya, siapapun DPRD Kabupatennya kalau ada yang mewakili daerah ini di DPR RI  saya pastikan daerah ini akan maju. Cuma itu solusinya.  

Menurutnya, infrastruktur di gunung besar ini tidak bisa dibangun dengan APBD Kabupaten maupun Propinsi. Begitu juga dengan di Pulau Pantar, hanya bisa dengan APBN.   

Ini terjadi karena tambah Abdullah, daerah kita hanya murni 100 % berharap APBD, DAU-DAK dari pusat. PAD kita hanya berkisar diantara 50-an miliar.  Kita bukan daerah tambang atau daerah industri sehingga ada sumber pendapatan lain. Hanya murni Rp. 1,2 Triliun itu harap dari pusat.  

Deny Lalitan Ke DPRD NTT!

Dalam jumpa pers dengan pekerja media itu Ketua Dewan Pertimbangan Partai Demokrat Deny Lalitan juga menyatakan kediapannya menuju DPRD Propinsi NTT. 

Lalitan kemudian mengemukakan alasan dirinya berjuang menuju DPRD Propinsi NTT bahwa  pembangunan ini harus berjenjang. “Kita tahu bahwa Alor ini punya keterbatasan luar biasa. Kita berharap mendapat bantuan dari APBD Propinsi, APBN untuk menopang keberlanjutan pembangunan. Karena kalau kita pakai DAU dan DAK saja tidak cukup. Untuk kita perlu berjejaring,” ungkap Lalitan dalam jumpa pers yang dihadiri Ketua DPC Partai Demokrat Kabupaten Alor dan sejumlah pengurus DPC.

Menurut Lailitan  posisi Anggota DPRD, khususnya di DPRD Propinsi NTT  ini akan sangat signifikan ke depan. Kenapa … ada banyak kewenangan-kewenangan di kabupaten yang secara perlahan mulai ditarik ke propinsi. Katakalanlah pendidikan … SMA/SMK, SLB itu kewenangan sudah ditarik ke propinsi. Banyak teman-teman guru disini ada kebingungan kalau mau urus segala sesuatu.  

Selanjutnya demikian Lalitan,  persoalan kelautan dan perikanan, itu sudah banyak urusan yang mulai dilimpahkan ke propinsi, pertambangan dan energi sudah di propinsi.

Jangan sampai ke depan kebijakan ini masih terus bertambah untuk memperkuat posisi gubernur sehingga banyak kewenangan di kabupaten lagi yang bakal dialihkan ke propinsi.  

Dikatakannya, kalau  kecendrungan itu berlanjut maka kita perlu orang yang harus urus di propinsi untuk jadi jembatan penghubung antara kabupaten dan propinsi. Untuk itu kita memantapkan diri, kemudian partai juga menugaskan agar saya dan  Ibu Astria bisa berada di propinsi.  Hari ini kami menyatakan kesiapan, kemaren saya sudah ikut feed and proper tets, semoga bisa lolos, Tuhan buka jalan dan kita bisa terus berlanjut tahap demi tahap kita akan ikuti.  

Ketua DPC Partai Demokrat Kabupaten Alor Lukas Reynar Atabuy mengatakan, mimpi besar  di Partai Demokrat tentunya  berbagai tingkatan baik eksekutif maupun legislatif, kami di rumah biru ini harus mampu memberikan sungbangsi yang besar, diawali dengan menyiapkan kader-kader potensial.

Minimal di Kabupaten Alor menurut Atabuy demokrat  target 5 kader yang akan ada di DPRD Kabupaten Alor, di Propinsi NTT juga ada paling sedikit 2 kader yang nantinya akan mewakili Alor ada di DPRD Propinsi NTT dari demokrat. Selanjutnya  di DPR RI juga kami punya harapan yang besar, harus ada orang Alor yang duduk di DPR RI. Dan kami berharap ada kader demokrat yakni Abdullah Apa.  *** morisweni

Pos terkait