KALABAHI,RADARPANTAR.com-Difasilitasi Badan Perencanaan Penelitian dan Pembangunan (Bapelitbang) Kabupaten Alor, digelar Forum Organisasi Perangkat Daerah (Forum OPD). Selama tiga hari atau dari tanggal 02-04 Maret 2024, Forum OPD di Alor membahas dan merumuskan perencanaan 2025 melalui tiga thema besar.
Untuk penyusunan Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) Kabupaten Alor Tahun 2025 maka tahapan yang harus dilalui adalah melalui Musrenbang, sesuai amanat Undang-Undang RI Nomor 25 Tahun 2024 tentang sistim perencanaan pembangunan nasional. Wajib mulai dari tingkat desa, naik kecamatan, naik di kabupaten. Langsung kita lakukan rekapan terkait seluruh usulan yang sudah disampaikan oleh masing-masing kecamatan, sebut Kepala Bapelitbang Kabupaten Alor, Melki Belly, S.Sos, M.Si kepada wartawan di Kalabahi, Kamis (04/04/2024).
Kita berjalan ini kan untuk Tahun 2025, tahun perencanaan yang tanpa visi. Karena periodisasi pemerintahan Drs. Amon Djobo, M.AP-Imran Duru, S.Pd, M.Pd (almarhum) itu selesai 17 Maret 2024 kemaren, karena itu masa ini disebut masa transisi, ujar Belly didampingi Ketua Panitia Forum OPD dan Musrenbang Kabupaten Alor, Ais Boling, S.Tp, M.AP.
Sesuai intsruksi Menteri Dalam Negeri RI demikian Belly, daerah-daerah yang periodisasi RPJMD-nya berakhir 2024 harus menyusun apa yang disebut rencana pembangunan daerah.
“Rencana pembangunan daerah yang sudah kami susun itu rencana yang tanpa visi. Kita punya arah kebijakan saja dan kita menentukan thema besar kita yang terdiri dari tiga hal yang sudah disampaikan dimana-mana, di seluruh kecamatan,” ungkapnya.
Belly kemudian merinci tiga kebijakan yang merupakan thema besar dan menjadi arah kebijakan daerah 2025 yang berhubungan langsung dengan hajat hidup manusia di Alor, diantaranya 1). Pemberdayaan ekonomi masyarakat. Pasca pandemi covid inikan upaya-upaya pemberdayaan ekonomi harus kita bangun. Menciptakan peluang ekonomi kreatif yang patut menciptakan daya saing daerah.
Misalnya terang Belly, kemaren di Maritaing-Kecamatan Alor Timur, ketika Kepala Desa Maritaing mengatakan bahwa kami hanya menggunakan dana desa sekitar Rp. 4 Juta, kami bisa mengelola setengah hektar lahan yang dapat menghasilkan 9 ton bawang merah. Sementara sasaran inflasi kita yang terjadi di Alor inikan hampir setiap saat bawang merah, bawang putih, cabe, telur ayam dan juga beras serta daging ayam. Ini persoalan.
Jadi, konsep ekonomi kita akan kita bangun tahun depan adalah bagaimana kita memberdayakan ekonomi masyarakat agar mereka memiliki daya saing yang mumpuni dengan melihat potensi-potensi.
Belly kemudia memberi contoh, kalau Pantar kita fokus untuk jagung, mengapa kita tidak arahkan kekuatan ke jagung di Pantar. Garam misalnya, apakah garam bisa kita buat lagi.
2). Bagaimana membangun kualitas sumber daya manusia. Thema besar kedua ini lanjut Bely, yang berhubungan dengan sektor pendidikan, sektor kesehatan. “Perjalanan kami dengan Pak Penjabat Bupati Alor di 17 Kecamatan menemukan banyak sekali persoalan terkain dengan pengembangan sumber daya manusia. Ada di Pustu dan Polindes.
Yang terparah itu di sektor pendidikan. Pembangunan gedung sekolah yang mangkrak dimana-mana. Anak-anak didik yang karena gedung sekolahnya tidak ada, belajar di pasar (di Hopter). Terus di beberapa tempat itu ada yang melangsungkan proses belajar mengajar di rumah penduduk karena gedung sekolah sudah dibongkar dan dijanjikan untuk membangun gedung tetapi terakhir tidak bisa dibangun, mangkrak dimana-mana.
Menurut Belly, ini persoalan utama sebenarnya. Bagaimana kita mau membangun kualitas sumber daya manusia dengan baik kalau kita tidak menciptakan pilihan secara baik.
“Kami bersyukur kebijakan-kebijakan beliau (Penjabat Bupati) sekarang misalnya, dengan melihat kondisi gedung sekolah seperti di Mataru. Kebetulan kita mendapatkan hasil pembicaraan atau komunikasi yang baik antara Penjabat Bupati Alor dengan beberapa BUMD termasuk dengan beberapa orang per orang (tokoh-tokoh Alor) yang punya hati untuk membangun Alor kita dapat semen hampir 2 ribu sak dari Jamkrida, seng sekitar 1000 lembar dukungan Bank NTT itu kita alokasikan untuk membantu menyelesaikan persoalan-persoalan di lapangan, termasuk peningkatan kualitas sumber daya manusia,” terang Belly mengurai.
3). Thema Besar ketiga adalah pengembangan infrasturuktur yang representatif. Infrastruktur publik menjadi persoalan besar. 10 infrastruktur yang dibangun Drs. Amon Djobo, M.Ap, untuk infrastruktur dasar itu hampir 80 % hingga 90 % sudah lumayan.
Kita sekarang kalau mau ke Pureman sudah tidak ada masalah. Dari Belemana sampai di Dimang sudah hotmix. Dari Dimang turun Peitoko itu sudah dicor dengan baik, rata sekali, ujarnya.
Hanya jalan-jalan antar wilayah dari pusat kecamatan ke desa-desa itu yang masih menjadi pergumulan. Karena itu thema kita selain ekonomi, kualitas sumber daya manusia, kita juga memberi perhatian terhadap pengembangan infrastruktur yang berkualitas dan bisa berdampak kepada akses sumber daya manusia dan berharap melalui jalan-jalan yang kita bangun, ekonomi masyarakat bisa tumbuh dengan baik.
Tiga thema besar ini jelas Belly, dirumuskan melalui Forum OPD yang dilaksanakan selama tiga hari belakangan. Forum OPD ini mau menegaskan bahwa kemaren di kecamatan kita bicara tentang lingkup kecamatan, sekarang kita bicara di kabupaten kita bicara di lingkup kabupaten, apa yang menjadi prioritas.
Jadi, tambahnya, usulan-usulan di kecamatan dapat kita hitung dan lihat kembali mana yang menjadi prioritas di kabupaten, ini yang dibawah ke propinsi dan kemudian mana yang harus disampaikan di Musrenbangnas pada Mey 2024 mendatang.
Musrenbang akan dilaksanakan, Jumat 05 April 2024 sebagai forum pengesahan terkait rumusan yang dihasilkan dalam forum SKPD selama tiga hari melalui berita acara. *** morisweni