Hadapi Pesta Demokrasi, GMIT Ingatkan Gereja Jangan Jadi Alat Politik

Wakil Sekretaris Sinode GMIT, Pdt. Elisa Maplani, S.Th, M.SI (ketiga dari kiri) dalam suatu sesi foto uasi pentabisan 21 pendeta GMIT di Jemaat Kamengtakali, Selasa (26/07). FOTO:MORISWENI/RADARPANTAR.com
Wakil Sekretaris Sinode GMIT, Pdt. Elisa Maplani, S.Th, M.SI (ketiga dari kiri) dalam suatu sesi foto uasi pentabisan 21 pendeta GMIT di Jemaat Kamengtakali, Selasa (26/07). FOTO:MORISWENI/RADARPANTAR.com

KALABAHI,RADARPANTAR.com-Ini peringatan bagi para pendeta di lingkup Gereja Masehi Injili di Timor (GMIT) yang suka main politik praktis ketika negara termasuk daerah menghadapi berbagai hajatan politik. Meski perhelatan politik lima tahunan itu baru dihelat 2024, GMIT sudah mewanti-wanti karyawannya. Kepada para pendeta GMIT, Majelis Sinode Harian GMIT mengingatkan agar gereja jangan jadi alat politik di semua hajatan politik yang berada di depan. 

Kita akan masuk di tahapan demokrasi pemilihan, baik pemilihan pemimpin daerah, legislarif dan eksekutif akan berlangsung. Kami minta gereja tampil menjadi ‘gadis yang cantik’  yang menjaga integritas dirinya. Tidak boleh tampil menjadi gadis matre, gadis yang dapat dibeli dengan uang. Cewek-cewek matre, pinta Majelis Harian Sinode GMIT melalui suara gembala yang disampaikan Wakil Sekretaris Sinode GMIT, Elisa Maplani, S.Th, M.SI pada pentabisan 21 pendeta GMIT, Selasa (26/07) di Jemaat GMIT Kamengtakali, Klasis Alor Tengah Utara. 

Bacaan Lainnya

Di hadapan para Ketua Majelis Klasis se-Tribuana, Ketua Majelis Jemaat, para pendeta GMIT dan tamu-undangan yang menghadiri pentabisan 21 pendeta baru, Maplani mnegaskan agar gerja  harus menjaga identitas dirinya untuk tidak diperalat politik.

“Geraja harus tampil  sebagai garis yang menjaga integritas diri. Tetapi gereja  tidak boleh jadi penonton di tengah-tengah perhelatan demokrasi yang baik,” ujar Maplani sembari mengingatkan agar gereja juga  harus mempersiapkan kadernya secara baik untuk memberikan sungbangsi bagi pembangunan daerah, bagi upaya  pembentukan peradaban sumber daya manusia gereja, sumber daya manusia masyarajat kita.

Ini tidak berari nanti semua ramai-ramai jadi calon. Aturan kita jelas, pendeta dilarang terlibat dalam politik praktis. Yang mau politik praktis silakan pensiun dini. Iru aturan kita, kata Maplani menambahkan. 

Meski begitu tetapi Maplani menegaskan,  gereja tidak boleh buta politik di tengah-tengah dinamika kehidupan masyarakat, gereja harus menyiapkan kader-kader terbaik untuk mengisi posisi-posisi strategis sebagai wujud sumbangsi gereja bagi upaya pembentukan peradaban masyarakat kita.  

Kepada 21 orang yang baru menjadi pendeta, Maplani berharap agar  jadilah pemimpin yang mau membawa transformasi bagi masyarakat dan bagi gereja Tuhan. Dan untuk menjadi pemimpin yang membawa transformasi saudara-saudara harus menangkap apa yang menjadi visi-misi Tuhan bagi hidup saudara.  Hadir menghadirkan tanda-tanda kerajaan Alllah, itu visi Tuhan bagi kita. *** morisweni

Pos terkait