Amon Djobo Sebut Siapkan Fredrik Lahal, Yustus Dopong Abora dan Yos Malaikosa Lanjutkan Kepemimpinan Alor

Kadis Pendidikan Kabupaten Alor Fredrik Lahal, SH (paling kiri)-salah satu putra mahkota Bupati Alor saat ini di Pilkada Alor 2024 mendatang bersama bupati dan sejumlah pejabat di Festival Bahasa Ibu, Bahasa Abui, Rabu (09/11). FOTO:MORISWENI/RP
Kadis Pendidikan Kabupaten Alor Fredrik Lahal, SH (paling kiri)-salah satu putra mahkota Bupati Alor saat ini di Pilkada Alor 2024 mendatang bersama bupati dan sejumlah pejabat di Festival Bahasa Ibu, Bahasa Abui, Rabu (09/11). FOTO:MORISWENI/RP

KALABAHI,RADARPANTAR.com-Bupati Alor saat ini, Drs. Amon Djobo, M.AP menegaskan jika menyiapkan 3 (tiga) kader birokrat yakni Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten Alor Fredrik Lahal, SH, Kepala Dinas Pertanian dan Perkebunan Yustus Dopong Abora, ST dan Kepala Dinas Perhubungan Ir. Yos Malaikosa untuk melanjutkan kepemimpinan Alor di Pilkada Alor 2024 mendatang. 

Beberapa kader muda sudah saya siapkan, yang satu ada duduk ini, Kepala Dinas Pendidikan, satu lagi Kepala Dinas Perhubungan dan Kepala Dinas Pertanian dan Kehutanan.   Kalau mau supaya orang tua diatas dari mereka ini maka pilih Wakil Bupati yang sekarang, Imran Duru, S.PD, M.PD, kalau mau. Tetapi kalau Bapak-Mama bilang sudah tua dua-dua jadi berhenti sudah,  na yang muda dorang ini kita kasih naik, Ini sudah komitmen, tidak boleh lagi ada yang pilih pigi datang naik turun itu, ungkap Djobo dalam sambutannya sebelum membuka Festival Bahasa Ibu, Bahasa Abui yang diselenggarakan Kantor Bahasa Propinsi Nusa Tenggara Timur di Tugu Lilin-Destinasi Wisata Kota Kalabahi, Rabu (09/11).  

Bacaan Lainnya

Dihadapan guru-guru yang mengantar siswa-siswinya mengikuti festival, orang nomor satu di Kabupaten Alor ini mengatakan, tahun  depan itu kita sudah masuk tahun politik. Ini  guru-guru ada ini yang saya omong.  Pulang baru bilang saya kampanye … kampanye jadi mau apa.

Saya bukan pimpinan partai. Saya  pimpinan daerah yang harus membuka wawasan dan pikiran masyarakat.  Tahun 2023 itu kita sudah masuk tahun politik,  di 2024 awal tepatnya pada tanggal 23 Februari 2024 kita masuk pada pemilihan presiden dan wakil presiden, pemilihan anggota DPR, DPD, DPRD Propinsi dan DPRD Kabupaten/Kota. Selanjutnya pada tanggal 27 November 2024 kita pilih Bupati/Wakil Bupati, Walikota/Wakil Walikota dan Gubernur/Wakil Gubernur, kisahnya.

Sehingga dengan demikian kata Djobo,  kita sudah harus sadar dan sesadar-sadarnya. Masyarakat Alor jangan mau dibodohi. Jangan sampai ada yang bilang festival ini forum politik, selaku bupati, selaku orang yang dituahkan, selaku pimpinan daerah saya harus buka ini pikiran kita. Kita lihat siapa orang yang selama ini dekat dengan kita, bukan dia ada kasih kita apa-apa, bukan. Tetapi,  dia ada berbuat apa. Budi baiknya apa pada saat kita susah maupun senang kalau dia ada itu 100 % harus kita pilih.

Tetapi kalau orang itu terang Djobo, hanya  sekedar ada, dan setelah itu tidak lihat kita selama lima tahun baru lihat kita lagi, dia datang pakai partai malaikat pun tidak boleh kita pilih. Saya kasih ingat ini karena ke depan agak sedikit sulit.

Saya yang kerja 44 tahun di ini daerah saja berat, orang bekin kiri-kanan saya bilang tidak, pengalaman kamu masih dibawah saya jadi kamu jangan lawan sama saya, ujarnya sembari menegaskan, untuk itu generasi-generasi muda yang sudah saya siapkan, saya belum memutuskan kira-kira siapa karena saya masih suruh survey untuk Bupati-Wakil Bupati pengganti saya ini.

Djobo mengaku  masih menunggu hasil survey, hasilnya siapa berdasarkan hasil survey mendapat dukungan  tertinggi dari masyarakat maka kita semua ada disitu untuk kita gol kan. Sehingga dengan demikian tongkat estafet kepemimpinan ini berjalan dengan baik. “Jangan kita pilih orang di tengah jalan yang nanti akhirnya orang bilang ke timur, dia ke barat. Masyarakat bilang ke utara, dia ke selatan. Nanti senja, dia pikir pagi. Ini ingat baik-baik. Itu yang biasa saya bilang, manusia salah arah. Sen kiri, belok kanan,” ungkap  ayah satu putri ini.

Djobo mengaku ia  termasuk satu orang yang tidak pernah mengeluh. Masalah harus dihadapi dengan masalah. Saya dikasih beban tugas yang sangat berat. Saya tidak pernah mengeluh karena pemerintahan ini sistim, bukan naik baku jual. Naik bekin susah orang, kasih masuk orang di bui, cari orang punya salah, bukan. Pemerintahan ini sistim, satu buat satu jengkal, satu bekin satu jengkal, satu bekin satu depa, itu pemerintahan. Sehingga saya dikasih tanggung jawab dan beban yang sangat berat itu, saya selesaikan satu-satu hingga  mau akhir masa jabatan ini.

Djobo mengaku lagi jika  sudah menyampaikan dimana-mana,  Alor ini bukan tanah dagang, titik.  Alor ini lembah air mata secara keseluruhan,  jika ada yang berprinsip melayani disini seperti tanah dagang, dia hanya bisa mendapatkan dua kemungkinan,  kalau tidak untung ya pasti rugi.  Kalau untung dia mau kerja, tetapi tidak mau kerja jika itu merugikan dirinya.  Orang-orang itu yang biasa saya sebut orang-orang yang tidak patut hidup di Bumi Persaudaraan Tanah Terjanji Surga di Timur Matahari. 

Ditambahkannya, Alor ini masih dipenuhi dengan lemba air mata banyak orang. Lemba air mata orang susah, orang miskin. Pemimpin yang lahir di tanah ini harus mampu memberi diri untuk menghapus air mata. Bukan tanah dagang,  kalau tanah dagang lebih baik berhenti.

“Lu pigi bukan kios dalam toko lagi bekin apa. Kalau sudah toko ya toko … jangan buka kios lagi di dalam. Bagaimana orang mau buka kios koq lu bekin kios dalam toko,” tandasnya dalam dialeg Alor.

Djobo menegaskan jika negeri ini sudah baik. Banyak orang yang sudah cukup menghormati negeri ini dalam beberapa tahun. “Hanya lu … lu … lu yang sepotong itu saja yang bekin rusak negeri ini punya nama. Lu dari mana. Dan orang-orang seperti ini saya tekankan, teman-teman guru, pulang dan kampanyekan, saya instruksikan ini … orang-orang  begitu kalau dia mau maju DPR tidak boleh pilih … dia mau maju RT tidak boleh pilih, apalagi dia mau maju bupati/wakil bupati, bekin rusak ini negeri,”  ungkap Djobo disambut aplous undangan yang mayoritas para guru.

Djobo mempertanyakan apa yang sudah dibuat orang-orang seperti itu terhadap negeri ini, dan kapan buatnya.  

Meski tidak merinci siapa yang Bupati Alor saat ini maksudkan tetapi dia mengingatkan lagi agar orang-orang seperti begitu  kalau dia jalan-jalan juga tidak boleh tegur, kita rugi tegur orang-orang model seperti begitu.  Dia hormat kita pun kita buang muka, tidak boleh.  Tuhan Allah marah orang seperti ini, hanya orang-orang itu saja. Bekin FB kiri, FB kanan.

Djobo mengaku mendengar isu baru lagi jika ada yang mempersoalkan mengapa ia  tidak tinggal di rumah jabatan. Memangnya saya tidak tinggal di rumah jabatan, saya mati dan tidak bekerja. Pemerintahan ada jalan, presiden saja tidak tinggal di istana, Gubernur NTT tidak tinggal di rumah jabatan juga, lalu apanya. Kalau saya tidak tinggal disitu, saya tinggal di saya punya rumah pribadi kenapa salah.

Kecuali saya korupsi, kalau ada bukti saya korupsi ya lapor to. Ini masuk dalam budaya yang salah ini yang saya ada omong, kata Djobo. 

Sekali lagi saya tegaskan kepada para guru yang hadir, Alor ini bukan tanah dagang. Tempat lemba air mata, ujarnya sembari mengatakan, “Kakak dorang, saya terlalu capai. Ini jujur saya bicara ini. Saya beberapa hari lalu ada di Kuneman Barat,  saya sudah pergi dua kali karena tugas. Habis itu ada di Pido, di Sawarana, Erana, Karangle, Asingkala hingga masuk Kolana buka Konven Pemuda GMIT, datang hari ini bukan kegiatan tapi ada hidup ini. Karena kita kerja dengan tulus. Lu datang hanya kerja mau cari untung saja bagaimana,”. 

“Lu punya Pokir tidak akomodir lu ribut. Memangnya uang ini untuk lu pung Pokir.  Orang-orang begitu tidak boleh pilih saya kasih ingat ini, berhenti. Kalau hidup hanya cari-cari Pokir model begitu. Lu pikir kita dari dulu  kerja model Pokir barangkali. Kami ini poker mati di tangan yang ada. Pokir lagi … lu apa, ehhh. Lu hanya manusia 300 orang yang pilih baru pigi duduk koq omong Pokir lagi. Saya ini, hari ini berhenti juga siap berhenti. Saya sudah 44 tahun kerja di ini daerah. Tambah dengan 7 tahun tenaga kontrak. Saya cukup marah itu, karena kita bangun daerah ini dari sesuatu yang tidak ada menjadi ada,” ungkap Djobo .

Menurut Djobo,  orang Jakarta masih mengakui, orang di Propinsi NTT masih mengaku, kecuali manusia yang salah arah saja yang tidak mengakui, yang minta POKIR Rp. 1 Milyar. Baru duduk ko mulai cari orang punya salah.  Manusia model begitu pakai partai apapun termasuk partai dari sorga dan malaikat juga tidak boleh pilih. Karena nanti ini daerah jadi rusak.  *** morisweni

Pos terkait