TULENG,RADARPANTAR.com-Hujan deras yang mengguyur wilayah Kabupaten Alor mengakibatkan bajir di kali sungai Lembur meluap hingga masuk kebun dan sawah milik masyarakat. Luapan banjir makin mengancam kebun dan sawah petani. Ratusan pohon pisang, jagung, jambu dan tanaman lain ditemukan terbawa derasnya banjir. Jika tidak segera diatasi, luapan banjir akan lebih parah dan merusak lebih banyak area kebun dan sawah milik petani di wilayah itu.
Bintara Pembina Desa (Babinsa) Koramil 162204 Apui, Wilayah Binaan Desa Tuleng dan Desa Lembur Timur, Kecamatan Lembur, Sertu. Isak Mauleti mengatakan, luapan banjir di Kali Sungai Lembur seperti yang ada saat ini bermula dari Badai Siklon Tropis Seroja 2021 silam.
Waktu Seroja demikian Mauleti, hancur semua, lahan pertanian milik masyarakat yang penuh tanaman holtikultural baik pisang, kelapa, mamar jambu, kebun jati kurang lebih 10 HA plus satu unit hand traktor milik Kelompok Tani Permata di sapu bersih Badai Siklon Tropis Seroja.
Kemarena Hari Minggu Tanggal 10 Maret 2024 setelah hujan kata Mauleti, dari kita Babinsa kalau ada situasi darurat kita harus sampaikan laporan ke komando di atas sehingga pihaknya mengecek keadaan di Sungai Kali Lembur.
“Ternyata suangai ini sudah meluap yang membahayakan dan merusak kebun-kebun warga yang sudah rusak tersisa dari Badai Siklon Tropis Seroja kemaren,” kata Babinsa putra asli Lembur yang saat ditemui media ini, Selasa (12/03) sedang memantau keadaan Kali Sungai Lembur di tengah gerimis.
Dijelaskan Mauleti, Sungai Kali Lembur dengan keadaan saa ini akibat Badai Siklon Tropis Seroja 2021 silam. Dia tergeser sekitar 500 meter ke arah timur. Kamaren pada saat banjir airnya meluap ke arah timur sehingga lahan milik petani menjadi terancam.
“Kami sudah data lagi ternyata ada kerugian dari 10 petani, diantaranya pengurangan tanah usaha karena dikikis banjir, kehilangan pohon pisang, kelapa, petatas, jambu mente, ubi, jagung dan bambu. Ini akibat luapan banjir di kali sungai ini beberapa hari belakangan,” ungkap Mauleti sembari merinci nama-nama warga yang mengalami musiba, diantaranya, Urbanus Famau, Markus Samoi, Imanuel Kamesa, Hermanus Mauleti, Mikael A. Teha, Yunus Lanmai, Markus Teha, Dominggus Samoi, Abia Mailau dan Soleman Lanmai.
Sebagai orang yang lahir besar di kampung ini Babinsa Mauleti mengaku mengetahui persis keberadaan Kali Sungai Lembur. Beberapa waktu lalu ada upaya dari pemerintah Kecamatan Lembur untuk dilakukan upaya pemulihan melalui normalisasi tetapi kemudian terhenti sehingga sungai ini belum berhasil dikembalikan ke tempatnya
Akibatnya tambah Mauleti, ketika datang Banjir kemaren karena hujan deras air mengalir kembali ke tempat Seroja. Jadi, lahan pertanian milik warga semakin terkikis lagi.
Dijelaskan Mauleti, sekitar satu-dua bulan yang lalu, beberapa petani yang berinisiatif karena dihantui ketakutan mendapatkan kerugian yang lebih banyak, mereka membangun kerjasama atau kesepakatan dengan pihak ketiga yang bisa membantu kesulitan petani. Dan normalisasinya jalan, tetapi ternyata dihentikan, sehingga banjir kemaren dia lari ke sana, kata Mauleti sambil mengarahkan telunjuk ke arah lahan pertanian milik warga yang terkikis banjir.
Menurut Mauleti, jika normalisasi itu tidak dihentikan dan dilanjutkan kemungkinan besar banjir bisa saja masuk tetapi tidak terlalu deras sehingga kerugiannya lebih kecil dari yang terjadi saat ini.
Sungai Kali Lembur ini jika tidak dilakukan normalisasi dan dibiarkan maka akan menjadi lebih berbahaya karena yang terancam sekarang termasuk sawah. Disini tambah Mauleti, ada lokasi yang masyarakat dan orang tua dari turun temurun sudah memberikan kepada pertanian untuk dijadikan sawah percontohan. Kalau tidak segera dicarikan solusi meredam banjir di Kali Sungai Lembur maka sawah percontohan itu juga terancam bersama 10 korban yang sudah kami data.
Ditegaskannya, tidak ada solusi lain untuk menyelamatkan lahan pertanian milik warga di bantaran sungai kali Lembur, kecuali sungai ini dikembalikan ke posisi semula melalui normalisasi, atau melalui program lain dengan tujuan memindahkan sungai. Suangai ini dia berubah setiap waktu jika datang hujan deras.
Sungai di Kali Lembur ini terang Mauleti, dialiri air oleh 48 aliran anakan sungai yang ketika musim kemarau kering, tetapi kalau datang hujan deras 48 anakan suangai itu akan bersatu mengalir menuju Kalai Sungai Lembur. Pusatnya ada di Mainang, Masapei dan turun sampai sini. Ini sungai tidak pernah mati, sungai hidup sepanjang tahun.
Mauleti menegaskan bahwa lahan yang berada di tengah, dialiri kiri-kanan banjir sebagaimana yang ditemukan media ini sebenarnya sawah dan kebun pisang, kebun pinang yang dihantam Badai Siklon Tropis Seroja 2021 silam. Kalau sungai ini tidak dikembalikan maka itu tidak bisa difungsikan petani atau menjadi lahan yang tidak ada guna lagi, tetapi kalau kalau sungai ini dikembalikan bisa saja untuk sementara belum bisa itu jadi sawah tetapi minimal untuk tanam pisang, ubi, jagung bisa dilakukan sambil menunggu humusan penuh baru bisa dijadikan sawah kembali.
Ketua RT 06/RW 03, Desa Tuleng Isak Onaha mengatakan, solusi mengembalikan sungai ini ke posisi semula boleh melalui normalisasi tetapi tidak boleh dilakukan di satu tempat.
“Bila perlu lebarnya itu hanya 5 meter (tidak seperti 10 meter sesuai kesepakatan dengan Dinas Pekerjaan Umum) tetapi kasih tembus normalisasi diatas jembatan Lembur. Kalau hanya mau normalisasi di satu tempat lebih baik tidak usa,” tandas Isak.
Normalisasi itu terang Isak, diarahkan untuk memindahkan air ke posisi semulah, kalau tidak kami masyarakat Desa Tuleng ini korban. Kalau sawah ini habis kami mau ambil makan dimana. Paling tidak kami pajak di jalan, pukul orang, huru hara bekin pemerintah pusing itu yang bisa. Karena lapangan kerja tidak ada.
Kami minta pemerintah tolong kami masyarakat Desa Tuleng. Kami ini juga bagian dari masyarakat Kabupaten Alor, jadi kalau orang lain ditolong kenapa kami Desa Tuleng tidak bisa ditolong.
Sementara itu Ketua BPD Desa Tuleng, Kecamatan Lembur, Kabupaten Alor, Mahalale Bilefa mengatakan, yang saya tau itu kali Lembur ini sebenarnya diempang (maksudnya normalisasi) dari atas sehingga airnya dia menuju ke bagian barat, supaya usaha masyarakat di lahan petani diselamatkan.
Tetapi kalau pemerintah hanya melihat dan membiarkan begini, kami rakyat mau jadi apa, kami mau sampaikan aspirasi kami wilayah Lembur tidak ada anggota DPRD, menangis air mata siapa yang mau hapus, kata orang tua ini suara tertati-tati.
Ditambahkannya, karena kalinya tidak dinormalisasi untuk mengalihkan aliran air sehingga dia tembak lurus turun dan menghantam tanaman milik kami petani di wilayah ini. Kali sebenarnya air tidak mengalir seperti begini, tetapi karena akibat Badai Siklon Tropis Seroja sejak 2021 sehingga air yang seharusnya mengalir di bagian barat kali, mengalir di bagian timur. Ini harus dialihkan ke posisi semula.
Waktu Seroja saya ini yang orang korban. Saya punya rumah ini yang jalan dengan harta habis, ungkapnya.
“Kami mengeluh, derita rakyat yang ada mau usul ke kabupaten sampai di DPRD hanya pigi ko taruh saja. Dorang masih tanya ada kamu punya orang … mau cari siapa di DPRD. Saya ini yang masuk ini. Saya Ketua BPD yang bawa proposal 69 kepala keluarga yang punya lahannya habis akibat Seroja tetapi sampai hari ini tidak diperhatikan,” ungkapnya menambahkan.
Ketua BPD Desa Tuleng ini kinta agar air harus pindahkan ke bagian barat melalui normalisasi tetapi harus tembus Jembatan Lembur supaya air bisah dialihkan ke bagian barat kali, bukan normalisasi di satu tempat. Kalau tidak dilakukan normalisasi hingga tembus jembatan maka banjir akan mengancam usaha masyarakat yang ada di lahan pertanian, masyarakat sudah pasti menjadi korban. *** morisweni