Jangan Kembali Kepada Herodes, Ini Pesan Natal Dari Ichtus Puildon

Suasana Kebaktian Perayaan Natal di Jemaat GMIT Ichtus Puildon, Kalabahi-Alor, Minggu 25 Desember 2022. FOTO:MORISWNI/RP
Suasana Kebaktian Perayaan Natal di Jemaat GMIT Ichtus Puildon, Kalabahi-Alor, Minggu 25 Desember 2022. FOTO:MORISWNI/RP

PUILDON,RADARPANTAR.com-Ini pesan Natal yang disampaikan Pdt. Bety Puling Gomang, S.Th ketika memimpin Ibadah Perayaan Natal di Jemaat GMIT Ichtus Puildon, Minggu 25 Desember 2022.  Di hadapan ribuan jemaat yang penuh sesak membanjiri perayaan Natal, Bety yang juga Ketua Majelis Harian Ichtus Puildon itu menyampaikan pesan agar jangan kembali kepada Herdodes. Pasalnya, Herodes merupakan simbol kejahatan, sama seperti manusia harimau yang siap memangsa manusia.   

Hari ini kita diingatkan agar jangan lagi kita kembali ke Herodes. Herodes menjadi simbol kejahatan. Yesus mengatakan bahwa Herodes sama seperti manusia harimau yang siap untuk memangsa,  mari kita melakukan perubahan hidup. Kita harus melakukan pertobatan, kata Betty dengan suara lantang.

Bacaan Lainnya

Menurut Bety, Herodes ada dimana-mana, dia ada di sekitar kita yang siap memangsa, dia hidup dalam kepura-puraan untuk menjatuhkan kehidupan kita sebagai orang percaya, karena itu berdoa lah untuk melengkapi kehidupan kita  agar kita tidak tergilas dengan kepura-puraan Herodes.   

Menariknya, Bety mengaku hari ini   (Minggu,25 Desember 2022) terasa beda, jemaat yang datang cukup luar biasa, bangku-bangku terisi dengan penuh. Di balkon penuh … ada yang sampai duduk di tenda-tenda di luar … sampai-sampai ada yang tidak kebagian tempat duduk.  

Susana ini demikian Betty memberikan isyarat kepada kita bahwa Natal menjadi moment suatu suka cita,  moment yang sangat penting. Semua orang dipenuhi kebahagiaan, dan karena itu  orang-orang yang berada di tempat yang jauh, yang berada di perantauan juga  pulang kampung karena Natal.  

Bahkan anak-anak   jauh sebelumnya sudah bertanya kepada orang tua,  kapan Natal. Jangan lupa beli baju baru … jangan lupa beli sepatu baru.  Kita sebagai ibu-ibu, sebagai bapak-bapak, sebagai anggota di dalam keluarga  larut di dalam aktivitas kesibukan, buat kue … mempersiapkan makanan yang lesat untuk dihidangkan di hari Natal.  Bahkan semua orang yang datang, berpakaian baru.

Ditambahkannya, jangankan  itu,  di gereja pun tidak ketinggalan. Gereja juga disibukan dengan berbagai macam rutinitas, mempersiapkan tata ruang liturgi. Gedung harus dioker,  gedung harus bersih, persiapan ruangan dengan pernak-pernik  lampu natal dan sebagainya.  

Artinya Natal menjadi hari yang sangat menyenangkan. Tetapi  pertanyaan yang patut kita gumuli, apakah kita sudah memaknai Natal itu secara baik.  Mengapa Kristus sudah lahir,  tetapi masih saja ada penderitaan. Mengapa para gembala bersukacita dengan para malak di Sorga, di Padang Efrata yang pada waktu itu diubah oleh Tuhan menjadi sebuah tempat untuk orang menampilkan, para malaikat menampilkan pesta paduan suara yang besar tetapi pada akhirnya di Padang Efrata orang saling membantai.  

Kristus sudah lahir tetapi masih banyak orang yang menangis,  masih banyak kuburan yang ada di area pemakaman, masih ada kekerasan, masih ada kejahatan yang timbul dimana-mana, kata Bety bertanya.  

Menurut dia, Thema Natal Tahun 2022 yang ditetapkan Persatuan Gereja Indonesia (PGI) harus kita gumuli, Thema yang baru saja ditetapkan bagi gereja-gereja harus kita gumuli secara bersama, ini thema yang sangat berat untuk kita.  Thema yang tidak gampang.  Supaya jangan kembali kepada Herodes, maka pulanglah mereka ke negerinya melalui jalan lain.  

Dia menjelaskan, untuk merubah sesuatu yang sudah terpola,  merubah sesuatu yang sudah mendarah daging itu bukan sesuatu yang gampang. Apalagi kembali mengikuti jalan lain. Ini kita merubah sesuatu yang sudah dirancangkan, perjalanan yang panjang, menempuh perjalanan berapa lama tetapi kita tiba-tiba disuruh  untuk melalui jalan lain.

“Saya kira thema yang sangat tidak gampang untuk kita gumuli di tahun ini,” ungkapnya sembari menegaskan, namun demikian kita perlu belajar dari tiga orang majus yang melakukan kunjungan ketika Yesus lahir.

Dikatakannya, Alkitab memang tidak menceriterakan tentang siapakah orang majus itu, dari manakah mereka berasal, dan apa tujuan mereka untuk datang menyembah Bayi Yesus. Tetapi di dalam Timatius dikatakan bahwa ada perkunjungan dari orang majus ketika Yesus Kristus Lahir.  

Ketua MJH Ichtus Puildon ini kemudian merinci,  Majus berasal dari teks asli yang artinya magos, dalam bahas inggris magis. Orang-orang majus adalah orang-orang terpelajar, para pengamat bintang, ahli astrologi, ahli nujun kalau kita hubungkan dalam perjanjian baru.  Seperti yang disampaikan oleh Matius, kami telah melihat bintangnya di Timur. Menunjukan bahwa mereka ahli perbintangan. Dalam Alkitab orang majus disebut juga raja dari timur.  

Orang-orang majus yang disebutkan oleh Matius itu  terang Bety, berasal dari Timur, Memang ada banyak pendapat, ada yang mengatakan mereka berasal dari Arab, dari China, dari Hongkong dan sebagainya.  Tetapi kalau kita belajar secara baik,  maka para majus berasal dari Persia dekat Babel di wilayah Iran.  Karena kerajaan ini sangat terkenal dengan Ilmu Perbintangan sehingga untuk sementara dikatakan para Majus  berasal dari Persia.  

Dikisahkannya, kalau kita belajar dari sejarah,  jarak dari Persia dengan Israel 500 hingga 1.000 mil jaraknya.  Jadi, sekitar 800 hingga 1.600 KM. Artinya, untuk datang ke Betlehem mereka harus menempuh perjalanan yang panjang, perjalanan yang penuh resiko, perjalanan yang penuh dengan tantangan. Mereka harus menggunakan unta karena resiko dengan bahaya perampokan dan sebagainya. Bahkan untuk  melakukan perjalanan, mereka juga sudah harus menyediakan bekal, persediaan air itu menjadi hal yang penting, air harus cukup.

Meski penuh tantangan tetapi  para Majus justru berlomba, mereka yang memiliki kerinduan yang sangat besar untuk mencari seorang raja yang baru dilahirkan. Untuk mendapatkan memang Yesus sangat tidak  gampang. Mereka harus menempuh perjalanan yang begitu panjang, yang penuh dengan resiko dan sebagainya.  

Ketika berita Natal terdengar di telinga para gembala bahwa Kristus sudah lahir,  mereka dari Padang Efrata juga turun ke Betlehem yang jaraknya dekat,  sehingga ketika mereka datang bertemu dengan Yesus, keadaan Yesus masih baik, dibungkus dengan kain lamping, kemudian dibaringkan di palungan.  

Menurutnya, beda dengan orang Majus, ketika Yesus Lahir mereka sudah mendapatkan tanda. Mereka melihat tanda itu di negeri mereka.  Tetapi yang menjadi sebuah penghalang karena perjalanan dari kampung halaman mereka sangat jauh. Apalagi perjalanan melewati Padang Gurun yang sangat panjang, yang penuh dengan ancaman. Sehingga mereka tiba di Betlehem setelah Yesus jadi kanak-kanak.  

Jadi, beda ya.  Ketika para gembala menjadi saksi pertama untuk berita suka cita natal, mereka datang bertemu dengan Yesus  itu keadaan Yesus masih Bayi dan bertemunya dalam kandang, tetapi ketika orang Majus datang bertemu dengan Yesus, Yesus sudah kanak-kanak, sehingga mereka bertemu Yesus dengan ibunya di dalam rumah, mereka datang untuk menyembah Dia.  

Yang menjadi persoalannya adalah demikian Bety mengapa para Majus merasa sangat penting untuk datang mencari Yesus, Raja Orang Yahudi.  Mengapa mereka merasa begitu penting untuk bertemu dengan Bayi Yesus.

Hal pertama terang Bety, karena di dalam tradisi, tanda bintang itu merupakan tanda paling tinggi. Bintang menjadi simbol paling tinggi. Di dalam dunia militer juga bntang dipakai sebagai simbol tertinggi.

Dia menjelaskan,  dalam tradisi Persia juga jika ada orang besar atau raja yang lahir atau meninggal itu tandanya ada bintang atau meteor akan muncul. Jadi, mengapa para majus nekad datang mencari Yesus, walaupun harus menempuh perjalanan yang sangat panjang yang penuh dengan resiko, karena mereka percaya bahwa seorang yang datang dari Yudea,  dia akan memerintah di dunia. Karena itu dalam literatur Yahudi nubuatan ini ditujukan kepada Mesias.

Bety mengutip pernyataan seorang Bapak gereja, Agustinus yang mengatakan bahwa kelahiran Kristus itu berlaku untuk semua. Ketika Kristus datang, Dia tidak hanya diperuntukan kepada orang-orang Yahudi tetapi juga kepada  dunia, berlaku untuk semua umat manusia.  

Dia menambahkan, para  Majus adalah buah sulung dari orang-orang bukan Yahudi. Dimana dia mengundang mereka dengan  pola hidup hidup mereka, dengan tradisinya, dengan cara beribadahnya untuk datang menyembah kepada Allah yang benar. Sedang kepada para gembala mewakili orang-orang Yahudi, orang-orang dekat untuk hidup dalam perdamaian, mereka tidak boleh lagi hidup di dalam permusuhan.

Bety menegaskan, Allah tidak saja memakai Alkitab untuk memberitahukan kehendaknya kepada manusia,  tetapi Ia juga memakai pengetahuan, budaya, adat istiadat untuk menceriterakan tentang kemulian Allah . Karena itu Mazmur bilang langit menceriterakan kemulaiaannya.  Jadi, Dia tidak saja menggunakan Alkitab untuk menceriterakan kedasyatannya untuk memberitakan namanNya, tetapi  Dia juga memakai pengetahuan, budaya dan adat istiadat untuk menceriterakan kemuliaan Tuhan.  

“Tuhan tidak pernah marah jika orang memiliki pengetahuan, Tuhan tidak pernah marah jika orang punya sekolah, menuntut ilmu yang tinggi,” sebut Bety sembari menegaskan,  tetapi Tuhan sangat marah jika kepintaran dan pegetahuan  itu dipakai untuk menentang Tuhan.

Bety kemudian mengajak ribuan jemaat untuk melihat   era sekarang. Justru  orang-orang pintar, orang-orang berpengetahuan, mereka yang berbuat kejahatan. Ada bisnis ilegal, ada perdagangan manusia, ada korupsi, ada bola guling, ada judi online dan sebagainya. Apalagi kalau kita belajar dari tradisi orang Persia, pengikut horos skop ilmu perbintangan. Di era sekarang ini akhirnya kita juga pengikut horos skop. Kadang-kadang ketika kita mimpi lalu kita hubungkan dengan judi online, angka berapa yang keluar e,  ramalan bintang.

Ditegaskannya, orang-orang pintar, orang berpengetahuan dituntut juga harus memiliki iman. Belajar dari orang majus, kita tidak hanya dituntut punya pengetahuan saja tetapi kepintaran yang harus didasari  dengan nilai iman.

Pengetahuan hanya bisa membawa kita sampai ke Yerusalem. Kalau kita belajar dari apa yang diceriterakan dalam Injil Matius, pengetahuan hanya bisa membawa kita ke Yerusalem dan bukan dibawah hingga ke Betlehem.  Karena itu, para majus memberikan pelajaran berharga bagi kita, bahwa ketika bintang membawa mereka tiba di Yerusalem mereka bertemu dengan penguasa wilayah itu, Herodes.

Mereka baru berhasil tiba di Betlehem melihat Yesus bersama dengan Maria ibunya setelah mereka mendegar apa kata kitab suci. Karena itu saya bilang bahwa pengetahuan tak bisa kita pisahkan dengan iman.  Mereka adalah orang-orang yang berpengetahuan, mereka datang untuk mencari bayi Yesus. Mereka baru berhasil tiba di Betlehem ketika mereka mendengarkan apa yang disampaikan oleh kitab suci.  “Hai kota Betlehem Efrata sekalipun engkau kecil tetapi dari pada Mu la akan bangkit bagi mu seorang yang akan memerintahkan israel dan sebagainya,”.  

Karena itu jelas Bety, pengetahuan harus dilandasi dengan iman, roh takut akan Tuhan. Karena iman saja tidak cukup. Iman tidak dapat membawa perubahan hidup. Kita hanya akan menjadi orang yang berpura-pura.

Dia mengajak jemaat untuk  melengkapi kehidupan jemaat  dengan sebuah pengetahuan yang didasari dengan takut akan Tuhan. Supaya kita bisa sampai di Betlehem untuk melihat anak itu bersama ibunya maka Alkitab juga harus kita baca.

Herodes dan para imam dan ahli taurat kata Bety, bukan tidak membaca alkitab, bukan tidak berdoa. Mereka berdoa tetapi mereka tidak melakukan kebenaran. Herodes bukan tidak menyembah Yesus. Herodes bukan tidak menyambut natal, dia menyambut natal dengan suka cita tetapi dengan kepura-puraan. Karena itu dalam Alkitab ditegaskan, pergi dan selidiki lah ketika orang-orang majus itu datang untuk bertemu dengan dia, dia mengatakan pergi dan selidiki lah dengan seksama mengenai anak itu supaya akupun datang untuk menyembah dia.

Dia berpendapat, kita  merayakan Natal tetapi hanya formalitas, hanya tampilan fisik. Kadang-kadang kita merayakan dengan kepura-puraan, kita pura-pura menjadi orang yang saleh dan sebagainya tetapi merayakan natal dengan hati tidak berdamai. Masih saling membuang muka. Kejahatan masih kita lakukan. Kita masih berpesta pora, kita masih gemar konsumsi minuman keras, maka natal yang kita rayakan  akan kehilangan maknanya. Natal tidak akan menjadi bernilai.

Bety minta jemaat agar belajar dari para majus, mereka tidak saja memberikan persembahan, tetapi mereka juga masuk di dalam ibadah penyembahan. Kita tahu mereka juga memberikan persembahan yang terbaik, ketika mereka datang untuk menyembah Yesus, mereka tidak datang dengan tangan yang kosong,  mereka membawa emas. Emas adalah pemberian kepada raja. Kemenyaan adalah pekerjaan sebagai seorang imam.  Mereka datang juga membawa mur, mur adalah pembalseman bagi orang yang mati secara terhormat.  

Dikatakannya, orang-orang majus ini adalah bangsa kafir, mereka bukan orang Yahudi yang setiap hari, setiap saat setia membaca taurat Tuhan. Mereka dikenal sebagai ahli nujun yang memegang ilmu, tetapi ketaatan dan ketulusan mereka telah membawa mereka untuk menemukan kebenaran.

Persembahan yang benar bukan sekedar kita memberikan uang atau memberikan dompet, ketika kita datang beribadah kepada Tuhan,   persembahan yang benar adalah pengakuan dan penyerahan diri kita kepada Allah. Dan para majus membawa persembahan yang terbaik ketika mendatangi Yesus, sebut Bety.

Dijelaskannya, Tuhan bilang Dia tidak melihat berapa nilai yang kita bawa, tetapi Dia melihat ketulusan dalam memberi. Ketika seorang janda datang memberi persembahan di Bait Allah, dia hanya memberi dua peser, itu menjadi patokan bagi umat Allah untuk memberikan persembahan di Bait Allah. Tetapi Tuhan sangat memuji persembahan yang dibawa oleh seorang janda,  Dia katakan kepada murit-muritnya bahwa dia telah mempersembahkan yang terbaik, dia mempersembahkan dari seluruh totalitas hidupnya dan memberikan yang terbaik.  

Natal yang kita rayakan ini kata Bety, tidak cukup hanya dengan membawa persembahan. Yang dilakukan oleh para majus, mereka memberi yang terbaik tetapi mereka juga melakukan penyembahan yang benar, melakukan penyerahan diri secara total di hadapan Allah. Karena ketika para majus kembali ke kampung halaman, mereka tidak pulang dengan kepura-puraan, tetapi mereka menjadi orang yang diberkati.

Menurut dia, orang  yang tulus, dia dapat membuat sebuah pengakuan. Dia juga dapat melakukan sebuah penyerahan diri, sama seperti yang disampaikan oleh Paulus. Paulus isyaratkan persembahkan lah hidup mu sebagai persembahan yang hidup, yang kudus dan berkenan kepada Allah, itu adalah ibadah mu yang sejati.

Ketika para majus pulang kembali ke negeri mereka, mereka tidak lagi ke Herodes untuk berpamitan. Tetapi  mereka kembali melalui jalan lain, ungkapnya.

Diakuinya bahwa itu tidak  segampang kita membalikan telapak tangan. Untuk merubah segala sesuatu yang sudah terpola, saya kira sangat sulit. Meninggalkan sebuah kebiasaan hidup yang lama, meninggalkan karakter yang sudah mendarah daging bukan pekerjaan yang ringan. Ibarat pesawat yang mau lepas landas,  butuh tenaga extra. Karena itu kita dingatkan melalui thema ini  “Pulang lah mereka ke negerinya melalui jalan lain”. Memang sangat tidak gampang tetapi Tuhan menuntut kita untuk melakukan itu. *** morisweni

Pos terkait