Panitia Mohon Gubernur-Ketua Sinode GMIT Hadiri Perayaan 100 Tahun Injil Masuk Mataru

Bupati Alor Drs. Amon Djobo, M.AP menerima Panitia Perayaan 100 Tahun Injil masuk Mataru dan Pemerintah Kecamatan Mataru di Ruang Kerjanya, Jumat (19/08). FOTO:MORISWENI/RP
Bupati Alor Drs. Amon Djobo, M.AP menerima Panitia Perayaan 100 Tahun Injil masuk Mataru dan Pemerintah Kecamatan Mataru di Ruang Kerjanya, Jumat (19/08). FOTO:MORISWENI/RP

KALABAHI,RADARPANTAR.com-Puncak perayaan 100 Tahun Injil masuk Mataru dipusatkan di Padailaka-Mataru Selatan. Persiapan menuju hari ‘H’ sudah mantap. Karenanya, pantia dan segenap warga gereja di seanteru Mataru mohon agar Gubernur Nusa Tengga Timur Viktor Bungtilu Laiskodat dan Ketua Sinode Gereja Masehi Injili di Timor (GMIT) DR. Mery Kolimon menghadiri puncak perayaan 100 Injil masuk Mataru yang akan dilangsungkan 31 Agustus 2022.

Kita sudah membangun komunikasi dengan Gubernur NTT dan Ketua Sinode GMT. Umat Kristen di seluruh Mataru berharap dua pubuk pimpinan di Nusa Tenggara Timur ini bisa hadir dan menyaksikan puncak perayaan 100 Tahun Injil masuk Mataru yang akan berlangsung di Padailaka-Mataru Selatan pada tanggal 31 Agustus 2022 yang akan datang, pinta salah seorang tokoh Mataru, Azer D. Laoepada, SM, SH di Kalabahi.  

Bacaan Lainnya

Laoepada mengemukakan harapan ini setelah bertemu Bupati Alor Drs. Amon Djobo, M.AP, Jumat (19/08) untuk menyampaikan persiapan panitia dan permohonan dukungan terhadap suksesnya perayaan 100 Tahun Injil masuk Mataru. Laoepada yang juga anggota DPRD Alor itu bertemu Bupati Alor bersama Camat Mataru Daud E. Kamata, SE, panitia dan tokoh masyarakat Mataru lainnya.  

Bupati Alor kata Laoepada menyatakan siap memberikan dukungan penuh terhadap perayaan 100 Tahun Injil masuk Mataru yang akan dihadiri Gubernur NTT dan Ketua Sinode GMIT.   

Menurut Laoepada, puncak perayaan 100 Tahun Injil masuk Mataru dipusatkan di Padailaka karena pada Tahun 1913 itu Padailaka merupakan Ibukota Kerajaan Abui, kemudian Belanda masuk dan merubah menjadi Kerajaan Mataru dan menjadikan Padailaka sebagai Ibukota Kerajaan.

Dijelaskan Laoepada, pada tahun 1913 Injil masuk Padailaka dan permandikan 38 orang. Selanjutnya pada tahun 1922 membuka SD (SR) di Padailaka yang kemudian dipindahkan ke Lelmang. Dari Lelmang dipindahkan ke Padailaka yang kemudian dipindahkan lagi ke SD Bagalbui.

Jadi, sampai dengan tahun 1945 di Mataru itu hanya ada 2 Sekolah Dasar dan 2 Gereja yakni SD Lelmang, SD Bagalbui dan Gereja Kolam Lelmamg dan Gereja Efrata Bagalbui, ungkap Laoepada.

Ditambahkannya, setelah Indonesia merdeka dan Gereja Masehi Injili di Timor (GMIT) terbentuk  baru berkembang hingga sekarang menjadi 17 GMIT dan 2 Gereja GKI. Selain dari kedua denominasi ini tidak ada di Mataru.  

Pada tahun  1946 baru buka gereja dari Bunggeta sampai di Eibibiki yang kini berkembang menjadi 17 rumah ibadah GMIT dan 2 Rumah Ibadah Kemah Injil,  sebutnya.

Menurut Laoepada, sebenarnya pada tahun 2013 itu sudah genap 100 tahun injil masuk Mataru tetapi karena ada kendala sehingga baru dirayakan Tahun 2022 di Padailaka, sekaligus mengenang Ibukota Kerajaan Abui yang menjadi pusat perkembangan gereja dan sekolah.  

Dikatakan Laoepada, disamping gereja dan sekolah berkembang,  pada tahun 1918 itu terjadi kumpulan kampung satu kali pendeta di Lerabain baru pergi pulang kampung di Talawa.  

Pendeta Belanda kala itu terang Loepada, karena mereka datang minta nebeng dengan pemerintah Kerajaan Mataru yang sudah ada, Kerajaan Kui di Lerabain sehingga mereka pergi nebeng meski di Lerabain itu Muslim tetapi mereka tinggal di Lerabain baru pergi  lakukan kebaktian atau yang diistilakan saat itu sebagai kumpulan kampung di Talawa-Mataru Utara.

Perayaan 100 Tahun Injil  Masuk Mataru ini akan ada tafas tilas yang melibatkan 9 Kelompok Pemuda GMIT dan 1 Kelompok Pemuda Kemah Injil dari Padailaka ke Lelmang, karena setelah Injil masuk dan sekolah berdiri di Padailaka baru ke Lelmang dan selanjut menuju Talawa-Desa Mataru Utara yang merupakan tempat kumpulan kampung pertama di Mataru Tahun 1981.  Nafas tilas akan dilanjutkan dari Talawa dan berakhir  di Bagalbui.

Saat ini terang Laoepada, warga Mataru sudah membangun tuguh di  Bagalbui, Talawa dan di Lelmang. Tuguh yang  dibangun di Lelmang itu menggambarkan sekolah dan gereja pertama masuk di Lelmang dari Padailaka,  dan dari Padailaka ke Bagalbui.  Sedangkan tuguh yang dibangun di Talawa itu menggambarkan kumpulan pertama di Talawa. Semua tuguh itu dibangun dalam rangka menyambut 100 Tahun Injil Masuk Mataru.

Klasis Mataru

Yang menarik, Laoepada menegaskan jika Klasis Alor Barat Daya sudah setuju untuk memekarkan Mataru menjadi Klasis tersendiri yang pusatnya terletak di Bagalbui.

Alasannya demikian Laoepada, karena di masa pemerintahan Belanda itu Injil dan sekolah masuk di Padailaka putar naik ke Lelmang hingga Baglbui.

Hingga  Indonesia merdeka baru gereja dan sekolah berkembang lagi.   Jadi, kalau penempatan Klasis Mataru di Bagabui itu juga sebenarnya menggambarkan nafas tilas sejarah perkembangan Injil dan sekolah di Mataru. Tahun depan kita harapkan bisa mekar,  pintanya.   *** morisweni

Pos terkait