KALABAHI,RADARPANTAR.com-Dapat dukungan Dana Alokasi Khusus (DAK) dari Kementrian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Republik Indonesia, pemerintah Kabupaten Alor melalui Dinas Pariwisata sudah tujuh kali menggelar pelatihan yang melibatkan para pihak yang selama ini menggerakan kegiatan pariwisata. Berbagai pelatihan yang dilakukan ini merupakan wujud keseriusan pemerintah Kabupaten Alor menyiapkan sumber daya manusia (SDM) untuk menata, mengelola dan mengembangkan potensi pariwisata yang dimiliki daerah ini.
Sekretaris Daerah Kabupaten Alor Drs. Sony Alelang mewakili Bupati Alor Drs. Amon Djobo, M.AP mengatakan itu ketika membuka Pelatihan Pengelolaan Desa Wisata se-Kabupaten Alor di salah satu hotel di Kalabahi, Selasa (24/10).
Menurut Alelang, pelatihan yang difasilitasi Dinas Pariwisata Kabupaten Alor untuk yang ketujuh kali ini merupakan upaya sungguh-sungguh dalam rangka mengembangkan pariwisata dengan dukungan anggaran yang bersumber dari Kementrian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Republik Indonesia.
Pariwisata kata Alelang merupakan sektor unggulan di Indonesia, Nusa Tenggara Timur, termasuk Kabupaten Alor. Di Alor, kita memiliki potensi pariwisata yang luar biasa, dari wisata bahari, budaya, alam, religi dan wisata minat khusus. Potensi yang dimiliki ini jika dikelola dengan baik maka akan mendatangkan manfaat bagi kesejahteraan masyarakat lokal.
“NTT sudah mulai ikut Bali. Alor juga bakal maju karena punya potensi yang hebat. Alor ini lengkap, mau dari dasar laut sampai udara ada potensi wisata. Bahkan kita punya spot para layang terbaik. Kita sudah dua kali gelar Kejurnas para layang. Ada rencana mau kejuaraan dunia. Tetapi kita masih kurang di sarana pendukung dan SDM,” ungkap Alelang.
Alelang memberikan apresiasi kepada Dinas Pariwisata Kabupaten Alor yang konsisten dan secara kontinyu menyiapkan SDM melaluui beberapa pelatihan untuk mendukung dikembangkannya berbagai potensi pariwisata yang dimiliki daerah ini.
Dia kemudian memotivasi peserta pelatihan yang berasal dari pengelola desa wisata, Kepala Desa dan Ketua BPD desa wisata itu dengan memberikan contoh kemajuan desa wisata di Pulau Bali. Dikisahkan Alelang, di Bali itu sektor wisata demikian pesat mengalami kemajuan karena rata-rata desa wisata itu mampu menyediakan berbagai kebutuhan wisatawan. Tidak butuh yang mewah tetapi yang dibutuhkan wisatawan saat berkunjung itu ada berdasarkan karakteristik lokal yang dimiliki di desa wisata yang bersangkutan.
Memang kita masih terbatas dalam hal sarana dan prasarana, tetapi kalau para pengelola desa wisata mampu menyiapkan kebutuhan wisatawan melalui potensi yang dimiliki maka masyarakat di desa wisata bisa mendapatkan keuntungan memenuhi kebutuhan ekonomi, kata Alelang.
“Konsepnya harus konprehensip. Kalau semua kebutuhan wisatawan kita siap di desa wisata maka kita dapat uang terlalu banyak. Tenaga kerja bisa terserap di sektor ini,” ungkapnya.
Karenanya Alelang menaruh harap agar para peserta yang mengikuti pelatihan selama beberapa hari ini diharapkan mengikuti materi dengan nara sumber yang hebat (dari kalangan akademik dan praktisipariwisata) sehingga sekembalinya dari pelatihan ini dapat dikembangkan di desa wisata masing-masing.
“Ikut materi baik-baik. Pulang bawa sesuatu dan buat. Pelatihan yang dilakukan ini sekali lagi merupakan bukti bahwa pemerintah serius mengembangkan pariwisata di Kabupaten Alor,” pungkas Alelang.
Sedangkan Kepala Dinas Pariwisata Kabupaten Alor Ripka Jayati, S.Sos, M.SI mengatakan, pelatihan yang difasilitasi dinas yang diarsiteknya ini merupakan salah satu upaya pihaknya agar bagaimana kita dapat memanfaatkan potensi yang ada di desa untuk mencapai kesejahteraan rakyat.
Ripka memberikan apresiasi dan penghargaan kepada Kementrian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif RI atas kepercayaan mendukung anggaran melalui DAK Non Fisik untuk menyiapkan SDM Pariwisata melalui beberapa pelatihan. “Ini perhatian kementrian yang luar biasa,” ungkap Ripka.
Sementara itu Kepala Bidang Pengembangan Pariwisata Mercelsius Bayo Bili, SE dalam laporannya mengatakan, potensi wisata Kabupaten Alor sangat beraneka ragam dan tersebar di seluruh kecamatan. Produk wisata itu diantaranya wisata bahari, wisata alam, wisata religi, wisata budaya dan wisata minat khusus.
Untuk mempercepat upaya pengembangan potensi dan daya tarik demikian Bayo Bili pemerintah daerah menempu kebijakan dengan menetapkan 61 desa di Alor sebagai desa wisata melalui Keputusan Bupati Alor Nomor 316/KEP/HK/2021.
Kebijakan ini tambah Bayo Bili, sejalan dengan trend pariwisata secara global menempatkan masyarakat lokal sebagai ujung tombak pembangunan pariwisata di desa yang dikenal dengan istilah Community Based Tourism (CBT) atau pariwisata berbasis masyarakat.
Meski begitu demikian Bayo Bili, pertumbuhan dan perkembangan desa-desa wisata yang ada belum terwujud optimal sesuai harapan. Ketersediaan SDM yang berkualitas dan profesional merupakan kendala utama yang ikut mempengaruhi lambatnya pergerakan pariwisata di desa.
“Pelatihan Pengelolaan Desa Wisata dengan DAK pada Kementrian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif melalui Dinas Pariwisata Kabupaten Alor merupakan salah satu alternatif yang tepat mengatasi permasalahan yang terjadi. Melalui pelatihan ini diharapkan agar pemerintah desa, pengelola desa wisata dan pelaku pariwisata di desa memiliki tambahan pengetahuan dan pengalaman sehingga pada akhirnya dapat mengoptimalkan potensi wisata yang ada di desa masing-masing,” pinta Bayo Bili. *** morisweni