TSI dan 16 Orang Muda Tanam 1.500 Anakan Mangrove di Pesisir Fanating, Kepala Desa: Mereka Yang Pantas Disebut Pahlawan  

TANAM MANGROVE:TSI dan 16 orang muda di Alor tanam 1.500 anakan mangrove di bibir pantai Desa Fanating, Kecamatan Teluk Mutiara, Kabupaten Alor. FOTO:MW/RP
TANAM MANGROVE:TSI dan 16 orang muda di Alor tanam 1.500 anakan mangrove di bibir pantai Desa Fanating, Kecamatan Teluk Mutiara, Kabupaten Alor. FOTO:MW/RP

AIKOLI,RADARPANTAR.com-Enam bulan lamanya 16 (Enam Belas) orang muda di Kabupaten Alor dididik sebagai kader konservasi oleh Thresher Shark Indonesia (TSI) atau Yayasan Teman Laut Indonesia. Salah satu projek yang mereka kerjakan dalam deadline waktu 6 (Enam) bulan sebagai kader konservasi adalah menanam kembali 1.500 anakan mangrove di bibir pantai Desa Fanating, Kecamatan Teluk Mutiara Kabupaten Alor.  Kepala Desa Fanating Yermias Karbeka menyebut 16 orang muda ini pantas disebut sebagai pahlawan. 

Gelar yang didaulad Kepala Desa Fanating kepada 16 orang muda kader konservasi yang dididik TSI bukan tanpa alasan.  Pasalnya,  badai seroja April 2022 silam berhasil memporak-poranda  hutan mangrove di sepanjang bibir pantai Desa Fanating. Tetapi berkat dukungan TSI, 16 orang muda ini sudah menanam kembali 1.500 anakan pengganti. Karena itu mereka ini patut disebut sebagai pahlawan. 

Bacaan Lainnya

Mereka datang-pergi Fanating juga kita tidak pusing tetapi hasilnya sekarang baru kita lihat, karena itu menurut saya, yang orang bilang pahlawan tanpa tanda jasa itu yang adik-adik 16 orang.  Kalau ada yang bilang guru-guru itu yang pahlawan tanpa tanda jasa saya mau bilang bahwa itu tidak karena mereka juga ada makan gaji koq … adik-adik dorang ini yang pahlawan tanpa tanda jasa, ungkap Yermias Karbeka bercanda.  

Menurut Karbeka 16 anak muda ini yang pantas dihargai masyarakat Desa Fanating sebagai pahlawan tanpa tanda jasa.  

Dari kami pemerintah desa, saya sendiri sudah berpikir, dan mudah-mudahan dalam petunjuk teknis pengelolaan dana desa dari pusat itu , kalau kita bisa menganggarkan kami menganggarkan Rp. 50 juta hingga Rp. 100 juta  dianggarkan untuk kegiatan monitoring terhadap adik-adik dan  beberapa warga lokal di Desa Fanating supaya bisa melihat dan pelihara 1.500 anakan yang telah ditanam itu hingga besar dan hasilnya bisa dirasakan masyarakat.

Ke depan Karbeka minta agar supaya dibangun tanggung abrasi di sepanjang bibir pantai yang telah ditanami anakan mangrove. “Karena adik-adik dorang sendiri sudah lihat bahwa di pantai itu  jika datang gelombang, dia sudah mulai pukul-pukul ke atas, Ini yang pemerintah kabupaten bisa melihat agar bagaimanapun harus ada abrasi pantai. Supaya mangrove itu ke depan bisa selamat,” pinta orang nomor satu Desa Fanating itu.

Kita juga tidak pernah mau merusa mangrove itu tetapi karena seroja turun itu akhirnya segala macam tanaman di Desa Fanating di pinggir pantai semua lenyap.

“Kami harus berterima kasih banyak kepada 16 orang adik-adik beserta dengan bimbingan dari TSI yang sudah menanam 1.500 anakan mangrove,” ungkapnya.  

Menurut Karbeka ke depan kita akan dorong masyarakat untuk menyiapkan anakan mangrove dan pemerintah desa belim Rp. 5 ribu/anakan baru tambah tanam di kawasan pesisir pantai sehingga masyarakat juga ada tanggung jawab untuk memelihara mangorove yang ditanam hingga besar.  “Ini cara yang akan kami pakai untuk merangsang masyarakat memelihara anakan mangrove yang telah ditanam. Kita beli anakan dari masyarakat supaya begitu ada orang yang potonmg masyarakat bisa cegah dan mereka juga bisa peliharan anakan yang telah ditanam,” ujarnya menambahkan.

Karbeka mengaku sebagian besar masyarakat Desa Fanating juga kehidupan keseharian bergantung kepada laut, karena itu mewakili masyarakat, kami menyampaikan terima kasih banyak kepada 16 orang muda yang telah menanam kembali anakan mangroce di sepanjang bibir pantai untuk menjaga biota laut demi anak cucu kami di waktu mendatang. .    

Koordinator Projek penanaman 1.500 anakan mangrove yang diberi nama restorasi ekosistim mangrove di Desa Fanating Florinda Emiyati Gerimu ketika mempresentasi projek yang sudah dikerjakan mengatakan, alasan dipilihnya Desa Fanating sebagai sasaran projek penanaman 1.500 anakan karena populasi mangrove di desa itu mengalami abrasi dihantam bencana seroja April 2022 silam beberapa.

Menurut Gerimu restorasi mangrove yang dilakukan melalui penanaman anakan mangrove ini diharapkan dapat mengembalikan populasi dengan target tertanam 1.500 anakan mangrove.

Dijelaskan Gerimu, setelah mendapatkan ijian dari pemerintah Desa Fanating, pihaknya menggandeng masyarakat di desa itu melakukan penyemaian anakan mangrove secara bersama-sama. “Kami mencari propagul di beberapa tempat seperti Pantai Aimoli, Pantai Mali, Pantai Deereh dan Pantai Pailelang dan berhasil menyemaikan 2.222 anakan propagul dan berhasil menanam 1.500 anakan mangrove,” ungkap Gerimu.

Dia mengaku mendapatkan dukungan penuh dari Bapelitbang Kabupaten Alor, dan Dinas Pariwisata, pemerintah Desa Fanating dan masyarakat Desa Fanating serta Pemuda-Pemudi Komunitas Pecinta Alam (Mapala)  dan komunitas vesve.    *** morisweni

Pos terkait