KALABAHI,RADARPANTAR.com-10 Tahun memimpin Alor, Drs. Amon Djobo M.AP memahami persis semua persoalan yang dihadapi masyarakat di seluruh penjuru Alor. Djobo juga tahu benar seperti apa sosok pengganti yang bakal meneruskan kepemimpinan di bumi Kenari. Karena itu, orang nomor satu di kabupaten yang berbatasan laut dengan Republik Demokrat Timor Leste (RDTL) ini menegaskan jika tak mau menitipkan daerah ini kepada orang yang salah.
Saya tahun depan mengakhiri masa jabatan saya sebagai bupati, saya tidak mau Alor ini saya titipkan kepada orang yang salah untuk mengarahkan daerah ini. Karena kita sudah pake rance yang cukup tinggi di masa saya 10 tahun memimpin Alor, sebut Bupati Alor Drs. Amon Djobo, M.AP ketika menyampaikan sambutan di Pameran Temporer Tenun Ikat Alurung, Kamis (03/11) di Kantor Dinas Kebudayaan setempat.
Sebagai Bupati Alor saya ingatkan, masyarakat Alor jangan mau dibodohi. Orang yang betul-betul berpihak kepada masyarakat Alor, terutama kelompok-kelompok tenun seperti ini yang kalau dia datang kita pilih. Tapi hanya bekin kacau saja di ini daerah, hanya untuk dia punya kepentingan pigi duduk jadi bupati/wakil bupati, duduk jadi DPR, berhenti, tidak boleh pilih. Kalau tidak, daerah ini akan rusak ke depan, kata Djobo dihadapan undangan yang membanjiri pembukaan pameran budaya dimaksud.
“Kita yang hadir sekarang ini kita masih injak kaki kita di Alor, kita masih makan dan minum dari bumi ini … kita harus memberikan harga dan nilai, sehingga Tuhan memberikan pertolongan bagi kita,” ungkap Djobo mengingatkan.
Djobo kemudian menyebut, ada Pak Dandim, Pak Kapolres, Pak Kajari dan pimpinan-pimpinan daerah ini yang lain, ini bukan soal orang Alor atau bukan. Tetapi mereka ada di Alor karena tugas dan panggilan pengabdian mereka ada di sini. Kita harus memberikan penghormatan kepada mereka.
Menurut Djobo, siapapun orang yang hidup di bumi Alor ini dia punya tugas utama adalah menjaga nama baik daerah dan memberikan harga bagi daerah ini. Tidak usa jadi pemimpin itu baku lapor. Omong seenaknya saja … tidak mengerti, paksa diri jadi pemimpin.
“Makanya saya omong dimana-mana, kalau menjadi pemimpin di daerah itu kebodohan itu juga harus terukur. Jangan omong sembarang, sepertinya dia itu paparasi. Saya ingatkan kepada masyarakat, orang-orang model begitu jangan pilih jadi bupati, jangan pilih jadi DPR. Berhenti … kita rugi itu. Karena gaji semua ini dibiayai dari APBD,” tandasnya tanpa merinci siapa yang ia maksud.
Dijelaskan Djobo, negara bantu mereka punya hidup, uang jalan, tunjangan jabatannya. Lalu kalau pokirnya tidak dikasih, ribut berantakan, apa itu yang model-model begitu. Tetapi kalau mulai masa kampanye mereka datang putar balek masyarakat seperti dorang malaikat.
“Lapor orang kiri-kanan, apa ini yang model-model begini. Saya sudah omong dimana-mana, orang-orang seperti itu menjadi tanda awas bagi masyarakat daerah ini, merugikan masyarakat. Mereka hadir di lembaga mana saja juga bekin kacau saja. Orang model begitu juga kita bisa piara … omong orang pung tidak baik saja, iri orang saja, bekin laporan kiri kanan,” ungkap Djobo menambahkan.
Yang harus kita lihat ini demikian Djobo, mereka yang ada di sebelah kiri kanan kita, yang pamer tenun ikat seperti ini. Kita harus tolong dan bantu mereka. Kalau kita tidak bantu mereka bagaimana mereka bisa hidup dan berkembang karena mereka yang memberi restu sehingga kita ini jadi bupati, jadi DPRD.
Duduk hanya baku marah, dendam orang, iri orang. Negara ini tidak melarang orang kaya, orang miskin juga dipelihara oleh negara. Tetapi kekayaan itu dia peroleh dari hasil keringat atau tidak, itu saja. Jadi, kalau lu juga mau kaya ya kerja. Dan kalau lu kaya juga hanya duduk pangku tangan, andalkan lu punya jabatan, peras orang ya pasti jaksa tangkap dan polisi tangkap, timpal Djobo.
Diakui Djobo bahwa dari 22 Kabupaten/Kota di Propinsi Nusa Tenggara Timur, Alor termasuk kabupaten yang orang segan. Saya dari pejabat ke pejabat baru naik jadi bupati, bukan saya bekin kios dalam toko baru jadi bupati … hoo, tidak. Saya merayap dengan dada baru saya naik menjadi bupati.
Kalau orang yang ada toko tetapi buka kios di dalamnya itu orang mau cari untung, bukan mau cari rugi. Saya tidak seperti itu. Saya punya tugas adalah menegakan martabat dan kehormatan daerah ini. Itu yang saya jaga, kata Djobo.
Orang nomor sati di Alor ini mengaku bahwa sebelumnya kalau ada pejabat yang ditugaskan ke Alor, ada stigma yang melekat dalam benak jika Alor itu banyak suanggi, orangnya tukang racun orang, orang paling takut. Sekarang orang ada takut? Pesawat masuk tiap hari.
Walapun kita sedang dalam duka yang panjang akibat terbakarnya Kapal Cepat Express Cantika 77. Inikan pristiwa yang terjadi di luar dugaan kita semua. Penyebak kecelakaan sudah menjadi rana APH untuk menanganinya, tetapi korban yang hidup dalam pristiwa ini kita pelihara.
Menurut dia, orang Alor itu jangan menggantungkan hidup atas belas kasihan orang karena sesuap nasi, tidak boleh. Kita harus berdiri diatas kaki kita sendiri. Kita membangun dari apa yang masyarakat bisa buat dan bisa ikut, jangan yang muluk-muluk.
Dia mengaku menyampaikan kepada para pimpinan OPD bahwa Alor ini bukan tanah dagang, tetapi Alor ini tempat lembah air mata. Kalau dagang itu hanya dua kemungkian yang bisa terjadi, tidak untung ya rugi. Karenanya siapapun penggantinya di lima tahun yang akan datang harus sosok yang mampu menghapus air mata rakyat dari berbagai kesulitan yang yang ada di tengah masyarakat.
Pemimpin yang hanya lihat Alor ini tanah dagang, bukan tempat lemba air mata, orang-orang seperti itu hanya mau cari jabatan untuk kehidupannya. Orang lain hidup baik dia mulai iri, fitnah, bekin surat abal-abal, suruh orang demo ini demo itu, ungkap Djobo.
Kepada media ini usai membuka pameran temporer tenun ikat Alurung Djobo menegaskan, terlepas dari kurang lebih yang ia miliki, masyarakat Alor telah mempercayakan memimpin daerah ini selama dua periode, karena itu ia tak mau jika masyarakat memilih orang yang salah untuk melanjutkan kepemimpinannya. “Kepada masyarakat Alor selaku bupati saya minta agar jangan salah pilih orang yang akan melanjutkan kepemimpinan daerah setelah saya,” pinta Djobo sembari menambahkan jika dua periode menjadi Bupati Alor setelah sebelumnya berada di beberapa jabatan eselon II lingkup Pemkab Alor ia memiliki tanggaung jawab moril untuk mempersiapkan kader yang mumpuni untuk melanjutkan kepemimpinnya. *** morisweni