KALABAHI,RADARPANTAR.com-Sisilia Jolanda Salang, Nona Alor yang menghilang karena perbuatannya menipu salah seorang pria asal Papua ternyata menggunakan alamat palsu dalam Kartu Tanda Penduduk (KTP). Pasalnya, Sisilia mencantumlan Desa KIKILA sebagai alamat KTP. Sementara 7 (tujuh) desa yang ada di Kecamatan Matru, tidak ada desa yang namanya KIKILA. Karena itu orang muda Mataru minta Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kabupaten Alor bertanggung jawab terhadap pemalsuan dokumen kependudukan dimaksud.
Kepada media ini melalui telp whatsApp, Kamis (19/10) salah seorang tokoh muda Kecamatan Mataru, Osias Alomau, S.SI menegaskan jika Orang Mataru tersinggung berat dengan perbuatan Sisilia Salang yang membawa-bawa nama Mataru dalam pembuatan KTP. Apalagi KTP ini belakangan diketahui sebagai salah satu modus penipuan untuk mengurus bantuan studi di pemerintah Kabupaten Yalimo, Propinsi Pegunungan Papua, daerah asal Yosam Kosay atau biasa disapa Willy (26. Selain mendapat kemudahan bantuan studi dari pemerintah Kabupaten Yalimo, Willy juga menjadi korban penipuan Sisilia senilai Rp. 280 juta lebih.
Sebagai Orang Mataru, kami merasa tersinggung berat atas adanya penipuan Sisilia Jolanda yang mengatasnamakn diri berasal Mataru dalam pembuatan KTP di Dinas Capil Kabupaten Alor, tandas Alomau sembari menegaskan merasa tersinggung karena tidak ada marga Salang yang di 7 (tujuh) Desa di Kecamatan Matru. Apalagi Nama Desa di KTP-nya Sisilia itu Desa KIKILA, sementara 7 (tujuh) Desa di Kecamatan Mataru itu tidak ada desa yang namanya Desa KIKILA.
Untuk diketahui, 7 (tujuh) Desa di Kecamatan Mataru itu diantaranya, Desa Mataru Selatan, Desa Mataru Utara, Desa Mataru Barat, Desa Mataru Timur, Desa Taman Mataru, Desa Kamaifui dan Lakatuli. Tidak ada Desa KIKILA.
Karena itu demikian Alomau kalau sampai Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kabupaten Alor menerbitkan KTP Sisilia yang mencantumkan nama Desa KIKILA maka itu pemalsuan. Karena itu pihaknya meminta Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil harus bertanggung jawab terhadap Pemalsuan Dokumen Kependudukan ini.
Menurut Alomau, ada prosedur dalam proses penerbitan KTP, karenanya dia mempertanyakan kepada dinas teknis, masa orang usul pembuatan KTP dengan mencantumkan alamat dalam hal ini nama desa yang tidak ada di Kabupaten Alor koq Capil nekat menerbitkan KTP.
Alomau mempertanyakan ada apa dengan Capil ini. Jangan sampai ada konspirasi antara Sisilai Salang dan pihak Capil dalam menerbitkan KTP dengan menggunakan alamat palsu. Ini sangat berbahaya, timpal Alomau.
Sebagai Orang Muda Mataru, Alomau mendesak pihak berwajib untuk menelusuri pemalsuan dokumen yang dilakukan Sisilai bersama pihak pihak Capil dalam menerbitkan KTP. “Orang Capil itu tahu kalau Sisilai tinggal di Kalabahi, belakang KODIM. Koq loloskan buatkan KTP-nya pakai alamat Desa KIKILA. Kan ada persyaratan pembuatan KTP yang harus diteken Kepala Desa. Siapa nama Kepala Desa-nya. Dinas Capil dalam proses ini tidak cermat. Atau ada unsur sengaja,” timpal Alomau bertanya.
Dia menduga proses pembuatan KTP milik Sisilia dengan menggunakan alamat palsu tidak melalui prosedur yang tepat dan menggunakan jalan pintas. Makanya pakai alamat palsu juga lolos hingga dibuatkan KTP-nya.
Dijelaskan Alomau KTP palsu ini yang digunakan Sisilia melakukan penipuan terhadap salah seorang warga Papua mencapai angka diatas Rp. 280 juta. “Ini yang buat kami tersinggung berat sebagai Orang Mataru. Dia bukan orang Mataru tetapi membuat orang Mataru malu karena berita sudah beradar dimana-mana,” ungkapnya.
Untuk diketahui, Yosam Kosay atau biasa dipanggil Willy (26), pemuda asal Wamena, Kabupaten Yalimo Provinsi Papua Pegunungan diduga diperas uang oleh seorang perempuan asal Kabupaten Alor NTT, Sisilia Jolanda Salang . Willy mengisahkan kepada Wartawan di Kalabahi tentang perjalanan mulai berkenalan dengan Sisilia di media sosial Facebook 2016 hingga menjadi korban penipuan-pemerasan Rp 285.000.000 juta (dua ratus delapan puluh lima juta rupiah).
Pada tahun 2016, Willy mulai kuliah di Universitas Kristen Indonesia sementara Sisilia kuliah di Universitas Nusa Cendana (Undana) Kupang Jurusan Peternakan. Keduanya saling kenal di Facebook dan saling tukar nomor ponsel.
Awalnya percakapan mereka biasa saja, beberapa waktu kemudian, Sisilia buka jurus mengungkapkan perasaan cintanya kepada Willy meski belum saling tatap muka.
Kami dua berkenalan di Facebook tahun 2016, tapi datang-datang dia bilang Pace sa suka kaka. Kalau Pace mau habis kuliah kita sama-sama ke Papua, sa jadi istri ko, ujar Willy menirukan Sisilia.
Willy menerima perasaan cinta dari Sisilia. keduanya memulai pacaran jarak jauh. Willy sama sekali tidak curiga kalau cinta keduanya berakhir pahit dan kecewa seperti yang Ia rasakan saat ini. Karena itu sejumlah kebutuhan kuliah Sisilia dalam bentuk uang Willy selalu layani setiap kali Sisilia meminta kepadanya.
Dia minta pulsa saya kirim, minta uang juga saya kirim dan bukti transfer uang saya sudah serahkan ke polisi. Total kerugian saya Rp 285 juta, ungkap Willy.
“Bahkan dia punya mama meninggal juga dia minta uang saya transfer. Waktu habis kuliah mau pulang Alor saya transfer uang tiket dua kali. Pertama transfer dia bilang bapak sudah terlanjur pakai uang jadi transfer ulang, jadi saya transfer ulang uang tiket pesawat dari Kupang ke Alor saja Rp 12 juta saya transfer,” kisahnya menambahkan.
Uang yang Willy transfer kepada Sisilia merupakan hasil kerja keras dalam membuat proposal dan lain-lain bagi yang meminta bantuannya. Nilainya Rp 3 juta sampai 5 juta untuk satu buah proposal.
Menurut Willy, dirinya sempat beberapa kali komunikasi dengan orang tua Sisilia melalui telepon, dan orang tua Sisilia juga sudah tahu hubungan keduanya. Sehingga bagi Willy tidak mungkin Sisilia menipunya.
“Saya transfer uang orang tua Sisilia tahu dan mereka pakai uang itu. Keluarga saya di Papua juga sudah tahu hubungan saya dengan Sisilia,” ungkap Willy.
Karena Sisilia mulai menghilang, Willy merasa kecewa sehingga Ia nekat datang ke Alor. Ia ingin bertemu dengan Sisilia dan keluarga untuk meminta kembali semua kerugiannya.
Menurut Willy, persoalan ini sudah dimediasi sebanyak tiga kali oleh beberapa orang tua dari Sisilia seperti Metusalak Salmay dan Yunus Adifa. Namun setelah mediasi tidak ada tindak lanjut untuk kembalikan kerugian dan terkesan keluarga membiarkan. Sehingga Willy merasa kecewa dan melaporkan kasus ini ke Polres Alor untuk diproses sesuai hukum yang berlaku.
Kasat Reskrim Polres Alor, IPTU Jems Yames Mbau, S.Sos yang dikonfirmasi Wartawan membenarkan bahwa pihaknya sedang tangani kasus tersebut. Yakni dugaan tindak pidana penipuan dengan pelapor adalah Yosam Kosay (Pace Willy) dan terlapor Sisilia Jolanda Salang.
Dalam laporan itu diceritakan, pelapor mengenal terlapor pada tahun 2016 melalui facebook (lalu menjalin hubungan pacaran. Orang tua dari terlapor pun juga menyetujui hubungan antara pelapor dan terlapor) dan hubungan ini terlapor sering meminta (uang atau biaya untuk kuliahnya kepada pelapor dengan janji pelapor dapat menikah dengan terlapor setelah terlapor selesai kuliah).
Namum setelah selesai kuliah, terlapor hilang kabar dan pelapor sampai mengikuti terlapor datang ke Alor.
Menurut Mbau, dalam laporan pelapor total uang yang selama ini pelapor berikan kepada terlapor sebesar Rp.285.000.000 (dua ratus delapan puluh lima juta rupiah).
“Atas kejadian tersebut pelapor datang ke Polres Alor untuk melaporkan masalah tersebut guna diproses sesua dengan hukum yang berlaku,” ujar Mbau.
Mbau menambahkan, atas laporan tersebut, penyidik telah memanggil saksi-saksi untuk dimintai keterangan namun belum memenuhi panggilan. Polisi juga telah mendatangi rumah atau alamat dari terlapor namun tidak menemukannya atau tidak ada dikediamannya.
“Kami masih memproses kasus ini dan dalam tahap penyelidikan. Nanti perkembangannya akan kami rilis,” tandas Mbau. *** morisweni