KALABAHI,RADARPANTAR.com-PT Karya Baru Calita siap memenuhi permintaan warga masyarakat Alor Barat Laut membangun kurang lebih 300 meter saluran versi warga (198 meter versi GS) setelah melakukan koordinasi dengan Dinas Pekerjaan Propinsi NTT sebagai pemilik proyek dalam Proyek Pembangunan Ruas Jalan Kokar-Tulta-Mali dengan anggaran sebesar Rp. 11,7 Milyar.
Kepada wartawan di Kalabahi, GS PT Karya Baru Calisa Julian Malaikari, ST menegaskan, soal 300 meter saluran versi masyarakat dan 198 meter versi GS PT Karya Baru Calisa yang tidak dikerjakan itu dengan pertimbangan teknis. Dari pada kita bongkar saluran yang masih baik terus dibangun saluran yang sama. Lebih baik uangnya kita alihkan ke item pekerjaan lain tetapi tetap di ruas jalan itu. Bisa saja kita alihkan ke aspal tambah panjang.
Tetapi demikian Malaikari, oleh karena masyarakat tetap minta agar 300 meter versi mereka itu juga harus dibangun maka pihaknya sudah melakukan koordinasi dengan Dinas Pekerjaan Umum. Hasil koordinasinya, Dinas Pekerjaan Umum Propinsi NTT setuju agar 300 meter saluran lama itu dikerjakan oleh kontraktor untuk menjaga keadilan yang menjadi harapan masyarakat setempat.
“Bapak Camat juga sudah panggil kita untuk bertemu dan minta agar tetap dikerjakan jadi kita akan bongkar dan pasang baru. Tetapi kita masih butuh administrasi dari Bapak Camat Abal sebagai tindak lanjut dari usulan masyarakat untuk tetap dibangun,” ujar Malaikari.
Menanggapi komplain masyarakat bahwa ada pasangan yang rubuh jelas Malaikari, itu karena pihaknya mengerjakan di musim hujan, begitu selesai kerja hujan turun, apalagi hujan deras yang mengakibatkan banjir sehingga saluran yang sudah dibangun ada bagian tertentu yang rubuh. Jadi tembahnya, begitu rubuh akibat hujan dan banjir pihaknya langsung pasang baru, karena memang pembangunan ruas Jalan Kokar-Tulta-Mali masih dalam tahapan pelaksanaan. Yang rubuh tetap menjadi tanggung jawab pihaknya untuk memperbaiki, bahkan sampai pada tahapan pemeliharaan pun masih menjadi tanggung jawab pihaknya sebagai kontraktor pelaksana.
Malaikari mengaku, jika hujan deras sebagaimana yang terjadi baru-baru ini mengakibatkan banjir besar, oleh karena itu saluran yang dibangun pihaknya bermuara ke kali, tidak bisa dibuang ke tempat lain. Nah, “elevasi got ini rendah kalau banjir besar datang dia akan meluap masuk dalam saluran, tetapi kemaren itu kondisi dia masuk bawah rantai-rantai pohon yang menyebabkan saluran tersumbat. Kalau banjir tidak bawah rantai-rantai pohon, air mengalir hingga laut,” terang Malaikari.
Dia mengaku, bersama pihak konsultan sudah menemukan jalan keluar. Kita sudah menemukan jalan keluar meminimalisir agar banjir tidak masuk dalam saluran lagi. Sedangkan menyangkut air yang tergenang, itu masih dalam tahapan pelaksanaan sehingga elevasi lantai kita belum atur baik-baik, tetapi sekarang kita sudah atur semuanya dengan baik.
Menurut dia, beberapa item pekerjaan yang dianggap masih baik itu kalau tidak dikomplian warga ketika pihaknya tidak membongkar maka anggarannya bisa dialihkan ke pengaspalan sehingga aspalnya dibuat lebih dari volume yang ada di RAB tetapi warga minta harus kita bongkar jadi tetap kita ikut permintaan warga setelah melakukan koordinasi dengan Dinas Pekerjaan Umum Propinsi NTT.
Menanggapi pengaduan masyarakat bahwa Konsultan Pengawas pada saat pekerjaan pembongkaran tidak berdara di lokasi proyek, Sc Entho Atalehi, ST dari CV El Emunah/Site Engineer mengatakan, konsultan pengawas di lapangan itu tambah dirinya itu sebanyak 7 orang. “Staf saya CI dan inspektur itu mereka tidur bangun di lokasi. Mereka ada kontrak rumah di sana dan tinggal Kokar,” kata Atalehi.
Karena itu demikian Atelhi, kalau ada yang bilang pengawasan tidak komprehensif itu keliru. Karena setiap hari mereka ada di sana, sehingga jika ditemukan masalah sebagaimana yang terjadi belum lama ini, pihaknya saling koordinasi untuk mencari jalan keluar.
Untuk saluran yang dikomplein warga menurut Atalehi, secara teknis memang pihaknya melihat saluran itu masih baik, tetapi hari senin baru-baru ini ada rapat di kecamatan, semua pihak diundang. Kesimpulannya adalah aspirasi warga setempat disampaikan ke camat, camat tindak lanjuti dengan sebuah surat untuk dijadikan dasar untuk bongkar kurang lebih 300 meter yang dikomplein warga.
Sedangkan masalah jembatan demikian Atalehi, pihaknya sudah terjun ke lokasi untuk mengidentifikasi persoalan. “Kita bersyukur karena proyek sedang kita kerjakan hujan dan banjir datang sehingga kita langsung tau masalahnya sehingga kita sudah carikan solusi untuk dieksekusi,” ujarnya.
Yang jadi soal kemaren itukan jelas Atalehi, air sampai masuk di halaman warga. Kalau solusi yang ditemukan ini dibuat maka debit air yang masuk ke saluran kemudian meluap itu kemungkinan besar menjadi kecil dan bisa menjadi tidak ada karena semuanya mengalir ke kali.
Untuk item pekerjaan gorong-gorong yang dikerjakan kontraktor pelaksana tetapi tidak masuk dalam kontrak menurut Atalehi, kalau kita ikut kontrak kita tidak perlu buat karena tidak ada dalam kontrak. Tetapi kalau itu tidak dibuat maka akan menganggu akses transportasi, sehingga berdasarkan kesepakatan bersama dengan kontraktor pelaksana, gorong-gorong itu dibuat. Termasuk saluran tanah yang dibersihkan dari depan Puskesmas menuju pantai. Itu sudah masuk ruas Kalabahi-Kokar dan diluar kontrak tetapi kontraktor pelaksana kerjakan. *** morisweni