KALABAHI,RADARPANTAR.com-Hajatan politik daerah atau Pilkada Alor masih jauh di seberang. Politik penuh gengsi itu baru akan dihelat 2024. Tetapi sejumlah figur sudah turun gelangangg. Mereka terus bergerlia, menebar pesona mencari simpati rakyat. Itu pasalnya yang mendorong Persatuan Intelegensi Pristen Indonesia (PIKI) ingatkan para bakal calon. Melalui Ketua Karateker, DR. Fredrik Abia Kande, PIKI Alor mengingatkan para elit mengedepankan prinsip moralitas dan kejujuran jelang hajatan politik daerah.
Menjelang momentum politik di daerah, kami ingin mengingatkan para elit agar dapat berpolitik secara martabat dengan mengedepankan prinsip-prinsip moralitas, kejujuran dan tidak mempraktikkan politik kebohongan, sebut Ketua Karateker PIKI Kabupaten Alor DR. Fredrik Abia Kande melalui pesan whatsApp yang diterima media ini.
Kami mengamati demikian doktor jebolan Universitas Negeri Jokjakarta ini bahwa ada elit yang berupaya mempraktikkan politik kebohongan dengan melakukan fabrikasi fasilitas. “Mereka memanfaatkan fasilitas lembaga untuk meraih dukungan politik di akar rumput,” sebut aktivis GMKI Cabang Kupang ini.
Tak hanya itu, akademisi dari Kampus Universitas Tribuana Kalabahi ini mengaku ada elit yang berupaya manipulasi fasilitas, agar tidak diketahui publik, misalnya dengan mengganti plat nomor kendaraan atau mencopot logo institusi di kendaraan.
Cara-cara yang demikian menurut Kande, memunggungi prinsip moralitas dan upaya membohongi dirinya sendiri dan publik. Publik dibohongi agar dapat membangun “a good image” terhadap diri mereka. Mereka berupaya memanipulasi penglihatan publik terhadap “personal brand” mereka, termasuk fasilitas yang digunakannya, padahal sesungguhnya publik tidak sebodoh yang mereka pikirkan.
Pada ekstrim yang lain tambah Kande, ada elit yang sudah terang-terang melakukan politik transaksional jelang 2024 dengan mengkomodifikasi institusi yang dipimpinnya, ia ingin menjadikannya sebagai komoditas yang memiliki nilai tukar politik demi melancarkan syawat politik dan mendapatkan insentif politik. “Ini sangat miris dan berbahaya, karena sesungguhnya ia sedang menunjukkan politik rendahan dan ikut andil dalam upaya mendetotalisasi institusi yang dipimpinnya,” timpal Kande.
Itulah sebabnya, agar politik lebih berwibawa dan memiliki martabat, maka diharapkan elit politik mampu memberi keteladanan politik bagi rakyat dengan mengedepankan politik nilai, politik pemberdayaan, dan pendidikan politik yang benar untuk dapat meraih kekuasaan, pinta dosen FKIP Untrib Kalabahi ini sembari menegaskan, politik itu bukan sekedar ilmu tipu-tipu, tetapi politik itu sesuatu yang mulia.
Menurut dia, politik itu kalau pun cenderung kotor, maka tugas kita adalah memberi muatan yang benar dan mulia. Karena kita ingin mendapatkan pemimpin yang berintegritas dan tulus melayani rakyat melalui proses politik yang benar yang bermartabat, dan tidak mengharubirukan nilai-nilai dasar yang menjadi fondasi hidup manusia. *** morisweni