KALABAHI,RADARPANTAR.com-Bank NTT sangat peka terhadap persoalan yang dihadapi pemerintah dan masyarakat NTT. Begitu NTT masuk dalam skala prioritas nasional untuk penanganan stunting, Pimpinan Bank NTT langsung mengambil peran. Tak tanggung-tanggung, bank milik pemerintah Propinsi NTT ini mengalokasikan anggaran untuk menangani 6 ribu anak usia 6-23 bulan yang mengalami stunting atau gizi buruk. Untuk Cabang Kalabahi, dialokasikan anggaran untuk 133 balita yang tersebar di 4 Puskesmas.
Bank NTT tidak bisa menutup mata terhadap kondisi stunting di NTT karena bank ini bank rakyatnya orang NTT. Kita bersyukur juga karena para pimpinan kami, para Direktur dan Komisaris pekah dengan kondisi yang ada. Begitu NTT masuk dalam skala prioritas nasional untuk penanganan stunting , para pemipin kami terutama Direktur Utama kami melihat sampai sejauh mana Bank NTT harus mengambil peran. Makanya beliau berani menggelontorkan dana CSR yang ada dan mengarahkan semua insan bank untuk mengambil bagian, sebut Kepala Kantor Bank NTT Cabang Kalabahi, Vincent Mausulu, SH kepada wartawan media ini di Ruang Kerjanya, Rabu (06/07).
Lulusan Fakultas Hukum Undana Kupang ini menegaskan, Bank NTT tidak bisa menutup mata dengan keadaan ini, karena itu selain dari yang dibiayai langsung oleh bank, pegawai juga diminta untuk secara mandiri pekah terhadap kondisi yang dialami masyarakat, karena bagaimanapun kita merupakan bagian langsung dari masyarakat NTT.
“Persero inikan hanya sebuat entitas hukum tetapi kita ini adalah bank yang hidup di tengah masyarakat, bagaimanapun kami tidak bisa menutup mata,” ungkap Vincent.
Kita secara umum di NTT demikian Vincent, Bank NTT punya kewajiban untuk menangani 6 ribu anak usia 6-23 bulan gizi buruk. Dari 6 ribu anak itu, untuk kita di Alor itu kita dapatnya tidak banyak. Sesuai dengn data yang masuk, Bank NTT Cabang Kalabahi hanya menangani 133 anak yang tersebar di 4 Puskesmas yakni di Puskesmas Kenarilang itu ada 40 bayi dibawah dua tahun (Baduta), Puskesmas Alor Kecil ada 35 baduta, Puskesmas Mebung ada 30 Baduta dan Puskesmas Bukapiting ada 28 Baduta.
Kepada 133 Baduta ini terang Vincent, akan diberikan bantuan melalui Puskesmas masing-masing. Kepada mereka akan disiapkan makanan tambahan dengan kadar gizi yang diatur oleh analis gizi untuk memastikan nilai gizi.
Dari 4 Puskesmas yang ditetapkan ini menurut Vincent yang sudah jalan per Sabtu satu pekan silam itu ada di 2 Puskesmas yaitu Puskesmas Kenarilang dan Puskesmas Alor Kecil. Kemudian kita sedang kejar untuk Puskesmas Mebung dan Bukapiting. “Kami minta maaf agak sedikit terlambat karena kita disibukan dengan kegiatan yang lain,” ungkap Vincent sembari menambahkan, untuk 133 anak ini diberikan penanganan dalam jangka waktu 30 hari.
Dia menambahkan, pihaknya masih menunggu arahan Kantor Pusat Bank NTT karena kepada kami pegawai Bank NTT juga dihimbau untuk secara pribadi peduli dengan masyarakat di sekitar kita, peduli dengan sesama yang tidak seber-untung kita, makanya kepada kami dihimbau sedapat mungkin menjadi kakak angkat untuk anak-anak kita. “Kemungkinan 1 karyawan/karyawati menjadi kakak angkat untuk 2 anak secara sukarela. Kita masih menunggu SOP dari Kantor Pusat karena informasi terkahir yang saya terima dari Kantor Pusat, kita tidak bisa ukur perubahan gizi yang efektifnya hanya dalam waktu 30 hari. Kemungkinan ini akan berjalan hingga Novemver atau Desember tahun ini,” sebut Vincent.
Jadi, terang Vincent, kita akan terus melakukan kontrol, bayinya itu dilihat pertumbuhan fisiknya, pertumbuhan gizinya, harapannya seperti itu.
Menjawab pertanyaan tentang kemungkinan perlebar pelayanan selain 4 Puskesmas yang sudah ditetapkan, Vincent mengaku belum berani meberikan jaminan, tetapi tetap berharap ada koordinasi bagus dari pihak Dinas Kesehatan setempat karena kami di Kantor Cabang ini hanya menjalankan apa yang sudah menjadi kebijakan Kantor Pusat. “Kenapa hanya 133 anak itu kami di Kantor Cabang tidak tahu. Tetapi berharap jika ruang itu ada kenapa tidak. Untuk mandiri para pegawai ini bisa menyasar di Puskesmas yang ada di kecamatan terdekat, kita bisa bantu mereka,” ujarnya.
Menurutnya, Bank NTT memberikan suport dan dukungan penanganan stunting di 4 Puskesmas ini dari dari data yang disampaikan Dinas Kesehatan,.
Ditambahkannya, total karyawan 48 kali dua tidak banyak tetapi nanti saya kasih genap 100 anak. Mudah-mudahan ada karyawan saya yang tergerak hati untuk bisa ambil lebih, rp. 39.900 untuk 133 anak.
Dia melihat masalah stunting ini ada hubungannya dengan pengembangan sektor pertanian, khusus horti. Kita dorong masyarakat kita untuk mengkonsumsi sayuran lokal, kita sudah kaya dengan sayuran lokal kita tetapi mungkin sudah menjadi kebiasaan masyarakat kita makan apa adanya. Padahal di sekitar kita terdapat banyak sayur.
Saya juga berharap seluruh pihak bisa mengambil peran yang lebih untuk yang pertama, memeneg kembali data masyarakat kita, lalu berkoordinasi secara lintas sektor. Saya belum dapat info atau mungkin saya yang belum baca kalau ada data tentang tingkat konsumsi sayur bagi masyarakat kabupaten/kota termasuk kita di alor. Ada masyarakat yang bilang kita tanam sayur orang tidak beli. Ini apakah orang tidak beli karena tidak mau makan sayur atau tidak beli karena tidak ada uang.
Demikian juga hasil tangkapan nelayan kita juga banyak tetapi kenapa banyak orang-orang kita yang begitu susah makan ikan. Saya lihat memang pola makan kita yang terbiasa dengan yang penting makan untuk kenyang, persoalan gizi itu urusan kedua. Kita berharap ada kepedulian yang lebih dari kita semua, ini bukan saya omong karena saya kepala bank, tetapi karena saya dan semua kita punya anak yang harus kita urus dengan baik, ungkap mantan aktivis NGO ini.
Dia menjelaskan, karena ini tahun pertama Bank NTT mengambil peran menangani masalah stunting sehingga akan dilakukan evaluasi, tetapi yang pasti Bank NTT selalu memberi perhatian terhadap apapun masalah yang dihadapi pemerintah dan masyarakat NTT. *** morisweni