Pasien Positif Covid-19 Di Alor Terus Melejit, 240 Isolasi Mandiri, 18 Pasien Karantina Terpusat, 18 Dirawat

Ketua Harian Satgas Percepatan Penanganan Covid-19 Kabupaten Alor, Ferdi Lahal, SH. FOTO:MW-RADARPANTAR.com
Ketua Harian Satgas Percepatan Penanganan Covid-19 Kabupaten Alor, Ferdi Lahal, SH. FOTO:MW-RADARPANTAR.com

KALABAHI,RADARPANTAR.com-Pasien positif covid-19 di Kabupaten Alor terus melejit. Hingga 14 Juli 2021, jumlah pasien mencapai 276 orang. 18 pasien ada di karantina terpusat, 18 pasien dalam perawatan di Rumah Sakit Umum Kalabahi dan 240 pasien sedang dalam isolasi mandiri di rumah.   

Jumlah pasien positif covid-19 ini terjadi di kurun waktu dari tanggal 2 Juni hingga 14 Juli 2021. Ini kondisi penyebaran yang sangat cepat, tandas Ketua Harian Satuan Tugas Penanganan Covid-19 Kabupaten Alor, Ferdy Lahal, SH menjawab media di Ruang Kerjanya, Rabu (14/070.  

Bacaan Lainnya

Dikisahkan Lahal, kita  mulai positif di Alor itu dari dua pelaku perjalanan,  mahasiswa dari Bandung asal Pulau Buaya dan dan mahasiswa dari Makassar asal Pulau Ternate.  

Tiga  hari kemudian dua mahasiswa dari Kupang yang turun di Maimol, terus pelaku perjalanan pecinta lingkungan di Hotel Simpony dan Home Stay Cantik.

Selanjutnya terang Lahal, setelah 14 hari melakukan isolasi mandiri,  muncul  klaster baru yakni transmisi lokal yang sudah masuk dalam klaster keluarga. “Ada bapak, mama, anak. Bapak, mama. Bapak, mama dan anak-anak,” ujarnya.

Lahal yang juga Asiset 1 Setda Alor ini mengaku, di Alor ita kita mulai dari angka 2 pasien positif, naik 5, kemudian 7, naik 10 yang bertahan hingga kurang lebih 2 minggu dan masuk minggu ketiga Juni pasien positif bertambah 10 orang setiap hari, masuk minggu keempat  sudah bertambah setiap hari diatas 20 pasien. Jadi, kenaikannya begitu luar biasa. Sementara yang sembuh ini kecil sekali, sekarang bermain di klaster keluarga.

Karena itu langka-langka yang sekarangf ditempu pemerintah daerah menurut Lahal antara lain,  tracking harus betul-betul akurat, pengawasan harus dilakukan secara teliti khusus pasien yang sedang melakukan isolasi mandiri, kalau isolasi terpusat memang terkendali.

Dikatakan Lahal, kalau isolasi mandiri ini kita tidak bisa berharap penuh kepada Satgas dan relawan-relawan. Karena pasien yang isolasi mandiri itu ada di rumah mereka. Karena itu pola penanganan yang sedang ditempu adalah seluruh relawan  melibatkan RT/RW agar pasien yang sedang dalam masa isolasi mandiri itu tidak boleh berkeliaran.

Karena kalau mereka berkeliaran, kita kalkulasi saja 276 pasien positif ini berkeliaran, sudah berapa banyak melakukan kontak dengan warga lain.   Dan kalau itu terjadi, virus ini tidak akan berakhir, yang terjadi justru akan bertambah terus.  

Kalau tracking dalam isolasi mandiri itu kita lakukan secara maksimal dan siapapun pasien yang sedang melakukan isolasi mandiri itu dapat membatasi diri, dia punya keluarga juga membatasi diri tidak melakukan kontak dengan orang lain maka setelah dua minggu kita lakukan rapit test. Kalau ini tidak dilakukan itu yang jadi soal.

Yang jadi soal iti pasien yang sedang dalam isolasi mandiri, kalau yang diisolasi terpusat itu dalam kontral ketat.  

Ditegaskan Lahal, dari Satgas Covid-19 sudah mengambil langka-langka. Beberapa waktu silam sudah mengumpulkan para camat, hasil pertemuannya sudah ditindaklanjuti di seluruh desa melalui Kepala Desa untuk menyediakan lokasi karantina terpusat di desa-desa.  Saat ini pasien yang kita isolasi mandiri di rumah kelihatnnya masih lalai sehingga dibuatkan terpusat.

Dengan 8 % dari dari dana desa kita sudah minta setiap desa harus siapkan lokasi karantina, paling rendah itu disiapkan dua tempat tidur ddalam satu gedung.

“Bisa gunakan Posyandu, Aula Desa, bisa gunakan gedung sekolah berdasarkan hasil koordinasi dengan Dinas Pendidikan. Mereka menyiapkan dalam ini minggu dan menginformasikan kepada Satgas kemudian gugus tugas bersama tenaga medis akan ke kecamatan dan desa untuk melihat kelayakan lokasi karantina. Paling tidak lokasi karantina itu memiliki kamar mandi, punya MCK, areanya tidak pengab, bisa menampung dua orang di dalam, kondisinya nyaman,” ungkapnya.

Menurut Lahal, ketika kita melakukan  isolasi mandiri di rumah dan ditemukan satu tempat tidur digunakan lebih dari 1 orang maka yang bersangkutan kita lakukan karantina terpusat di lokasi yang disiapkan desa sehingga mudak dilakukan control.

Saat ini demikian Lahal, karantina terpusat terhadap pasien positif covid-19 pihaknya masih menggunakan gedung SKB di Wolatang.  Kita sekarang di posisi 18 pasien yang dkarantina terpusat. Langka selanjutnya, untuk mengantisipasi kemungkinan bertambahnya pasien yang harus dikarantina terpusat maka pemerintah sedang mempersiapkan gedung tenun ikat yang ada di Alor Besar dengan kapastias bisa menampung 30 hingga 40 pasien.  

“Kami sudah ke lokasi bersama BPBD dan Dinas Kesehatan untuk melihat kelayakan dan sangat memenuhi kelayakan untuk dijadikan gedung karantina terpusat,” ujarnya.  

Lahal mengaku sudah melakukan koordinasi dengan pihak Kampus Universitas Tribuana Kalabahi untuk menggunakan rumah susun mahasiswa untuk dijadikan sebagai lokasi penampungan pasien secara terpusat jika terjadi lonjakan pasien positif covid-19 yang harus dilakukan karantina.  

“Kita sedang mengawasi dan memantau perkembangan, jika terjadi lonjakan maka ruang-ruang itu sudah kami siapkan,” katanya menambahkan.

Untuk pasien positif covid-19 yang melakukan rawat nginap menurut Lahal,  pasien yang sedang dalam rawat nginap mencapai 18 pasien di Rumah Sakit Umum  yang kapasitasnya disiapkan 23 tempat tidur, karena itu pihaknya sedang mempersiapkan satu gedung lagi untuk merawat 18-23 pasien positif yang harus dirawat sehingga beberapa ruangan di rumah sakit dialihkan untuk penanganan perawatan pasien positif covid.  

Terjeleknya demikian Lahal, secara keseluruhan Rumah Sakit Umum Daerah kalabahi akan dijadikan sebagai rumah sakit perawatan pasien Covid-19.  Untuk pasien-pasien yang penyakit umum, kita alihkan ke Puskesmas Kenarilang, Rumah Sakit Bergerak, Puskesmas Mebung, Puskesmas Alor Kecil dan Puskesmas Moru.

Kalau lonjakan pasien terkonfirmasi positif tinggi dan harus dilakukan perawatan di rumah sakit maka mau atau tidak rumah sakit umum harus kita aliihkan untuk penanganan perawatan kovid-19.  

Dari sisi lain kita juga kewalahan, rapit antigen kita yang kemarin dibantu 10 ribu dari BNPB karena terlalu banyak kegiatan kemasyarakatan, kita harus tracking, harus swab orang-orang sehingga sampai saat ini  tinggal kurang lebih 2 ribu yang masih ada.

Ini kita akan fokuskan kepada masuk dan keluarnya orang melalui pelayaran, ini hanya darirat untuk kepentingan-kepentingan tracking saja.

Dia mengaku sedang melakukan koordinasi dengan BUMN dan BUMD termasuk dunia usaha untuk membantu penyiapan tempat tidur. Kalau ada orang-orang BUMN dan BUMD ataupun masyarakat yang terkonfirmasi positif maka dia tidak tergantung lagi kepada Satgas. Tetapi mereka juga sudah menyiapkan ruang karantina yang akan dipantau oleh tenaga kesehatan dari sisi kelayakan. Tidak untuk mereka saja tetapi juga untuk masyarakat.

Lahal menegaskan bahwa BUMN dan BUMD juga sudah menyatakan kesiapan untuk  memberikan bantuan dan dukungan kepada  pasien yang sudah dinayatakn positif yang sedang melakukan isolasi mandiri di rumah dan karantina terpusat di SKB.

Dalam keterangannya Lahal mengaku, Satgas Alor tidak menghendaki jika lonjakan covid-19 di Alor ini menuju ke pemberlakukan PPKM darurat. Kita masih di PPKM Mikro yang diperketat ini yang harus diantisipasi agar tidak terjadi pemberlakukan PPKM Darurat.

Dia mengaku, sudah hampir  dua minggu pihaknya melakukan  tindakan pendisiplinan protokol kesehatan menurut Perbup 24 Tahun 2021 itu banyak yang masih tidak taat.  

“Karena itu tindakan-tindakan tegas harus kita ambil, banyak masyarakat yang memberikan respon positif, kondisi-kondisi begini kita sadar dan jalan harus pakai masker, kenapa ada yang tidak pakai masker,” ujarnya sembari menambahkan, pembatasan kerumunan tetapi kami lakukan, Pukul 21.00 wita malam seluruh aktivitas ekonomi harus dihentikan terutama di rumah-rumah makan tetapi ruang-ruang yang sifatnya mengumpulkan orang dalam jumlah atau kerumunan yang banyak tetap kita batasi.

Menurut pengamatannya,  sampai saat ini ada yang masih lalai tetapi satuan tugas  melalui Pol PP dan tim terpadu melakukan pendekatan dan ada juga yang kita bubarkan. Ada yang dengan sendirinya menyadari itu dan membubarkan diri.

Mereka yang sedang mempersiapkan diri untuk melakukan pernikahan SATGAS sudah batasi untuk tidak ada resepsi  lagi. “Berkat di gereja habis apa yang ada di gereja itu yang disyukri habis selesai sudah,”.

Sekolah juga terangnya, sudah kita sudah koordinasikan dengan pihak Dinas Pendidikan untuk belajar dari rumah selama 2 pekan ke depan dari tanggal 12 hingga 24 Juli. *** mw    

Pos terkait