Korban dan Keluarga Korban Lakalantas Yang Melibatkan Oknum Anggota Dewan Bertemu Pimpinan DPRD Alor

Korban Lakalantas oleh oknum anggota DPRD Alor, Hasan Jaku (78) dituntun anggota keluarga turun melalui tangga lantai dua gedung DPRD usai bersama keluarga menemui Pimpinan DPRD setempat. FOTO: OM MO/RP
Korban Lakalantas oleh oknum anggota DPRD Alor, Hasan Jaku (78) dituntun anggota keluarga turun melalui tangga lantai dua gedung DPRD usai bersama keluarga menemui Pimpinan DPRD setempat. FOTO: OM MO/RP

KALABAHI,RADARPANTAR.com-Korban dan Keluarga Korban kecelakaan lalu lintas (Lakalantas) di Dulolong, Kecamatan Alor Barat Laut, Kabupaten Alor pada Senin 18 Agustus 2025 silam yang melibatkan oknum anggota DPRD Kabupaten Alor berinisial TS bertemu Pimpinan DPRD setempat.  Kedatangan Korban dan Keluarga Korban di gedung wakil rakyat, Kamis (21/08/2025) itu diterima Ketua DPRD Alor Paulus Buche Brikmar dan Wakil Ketua Yermias Karbeka.   Hadir dalam pertemuan itu salah satu anggota DPRD Jhoni Tulimau, SE, M.Si.

Seperti yang disaksikan media ini, korban Lakalantas atas nama Hasan Jaku (78) hadir bersama keluarga dan 2 orang saksi. Karena Ruang Ketua DPRD Alor terletak di Lantai 2 Gedung Megah itu sehingga korban yang sudah memasuki usia senja itu harus dituntun oleh salah seorang anggota keluarga.  

Bacaan Lainnya

Ketua DPRD Kabupaten Alor, Paulus Buche Brikmar ketika menerima Korban dan Keluarga Korban besama 2 orang saksi Lakalantas itu di Ruang Kerjanya memanfaatkan pertemuan itu mengklarifikasi  pernyataan permohonan maafnya yang dikutip beberapa media online.

Ketua DPRD Alor Paulus Buche Brikmar sedang memimpin pertemuan dengan korban dan keluarga korban bersama saksi Lakalantas yang dilakukan oknum anggota DPRD Alor. FOTO: OM MO/RP

Kemaren  saya  memberikan keterangan di media itu atas permintaan media secara resmi kepada saya. Saya tentu tidak akan menanggapi postingan-postingan di media sosial, tetapi saya diminta media untuk menjelaskan seperti sikapnya sebagai pimpinan DPRD Alor atas polemik Lakalantas yang melibatkan anggota DPRD Alor,  kata Brikmar membuka pertemuannya dengan korban, keluarga korban dan 2 orang saksi.

Dikatakan Brikmar, kemaren  ia mengkonfirmasi pimpinan DPRD yang lain dan  pimpinan Badan Kehormatan, seharusnya kemaren siang, Rabu (20/08/2025)  itu kami bertemu. Tetapi berhubung ada tugas kedewanan, teman-teman anggota DPRD ada   yang ke Pulau Pantar dan Alor Timur sehingga kami baru jadwalkan untuk bertemu besok, Jumat (22/08/2025)  di Kantor DPRD untuk membahas pokok permsalahan ini.  

Mengetahui terjadinya Lakalantas dari Group intern DPRD demikian Brikmar, malam itu, ia orang pertama yang pergi lihat yang bersangkutan (TS). 

“Sehabis saya lihat Pak Taufik langsung saya pergi lihat Ba’i (Korban) yang terbaring di ruang IGD.  Habis itu saya kelur … loh, tidak lama   saya di luar ko Pak Taufik cepat saja keluar langsung bangun pulang. Padahal ada pasang botol infus. Jadi, Nona Perawat keluar bilang kakak … kakak … Bapak Dewan kita ada infus, dia paksa cabut infus ko dia bangun pulang,” sebut orang nomor satu di DPRD Alor.

Jadi waktu saya pergi lihat … saya sama istri saya, karena keprihatinan saya atas anggota yang celaka, ujarnya.

“Pigi bapa tua (TS) kaget … bapa tua bilang begini, koq Pak Ketua bisa tau,” kata Taufik bertanya.  “Ini barang inikan teman-teman ada muat di group to, jawab Ketua DPRD Alor,”  balasnya menjawab TS.  .  Ah, ini barang inikan saya ada sembunyi ko tidak usah teman-teman tau ko bisa tau,” kata Brikmar dihadapan korban dan keluarga  meniru TS.  

Suasana pertemuan korban, keluarga korban dan saksi Lakalantas bersama Pimpinan DPRD Alor. Hadir juga salah satu anggota DPRD Alor, Jhoni Tulimau, SE, M.SI. FOTO: OM MO/RP

Brikmar mengaku, istrinya membisik dan menaruh curiga terhadap sikap TS. Ini ada apa ne, kata istri Ketua DPRD.

Menanggapi pertanyaan yang berkembang di dunia maya, mengapa BK belum bekerja koq Ketua DPRD sudah mengeluarkan pernyataan permohonan maaf, Brikmar menegaskan, permohonan maaf itu bukan sebuah syarat yang disampaikan ketika seseorang dinyatakan bersalah. Lembaga ini punya marwah dan kehormatan yang kami semua jaga. Karena itu ketika merasa terusik, lembaga ini wajib memberikan permohonan maaf.  Karena itu saya telah menyampaikan permohonan maaf kepada korban yang ditabrak dan tentu jelas oknumnya dari mana,  oknum anggota DPRD Alor.

Lagi-lagi lembaga DPRD menjadi sorotan, itu yang kemudian kemaren saya konferensi pers dan saya sampaikan permohonan maaf. Dasar hukumnya menggunakan pemberiataan media. Ini media resmi seperti Bapak Moris mereka buat berita ini kalau tidak benar maka silakan yang bersangkutan lapor polisi kalau merasa dirugikan, selesai urusannya, pungkasnya.

Menurut Brikmar, pihaknya  juga tidak mengetahui seperti apa akar masalahnya, karena itu saya bersyukur dan berterimakasih kepada orang-orang tua semua bisa datang dengan orang tua korban dan  menyampaikan isi hati,  dan  menjelaskan pristiwa tentang duduk berdirinya persoalan ini seperti apa sehingga kami di lembaga ini juga bisa tau dan tentu kami akan berproses sesuai dengan mekanisme yang ada.  

Mendapatkan kesempatan dari Ketua DPRD Alor yang memandu pertemuan, salah seorang anggota keluarga korban, Abdul Rahman Jaku memulai pembicaraan dengan terlebih dahulu memberikan apresisasi terhadap pertemuan yang dipimpin langsung Ketua DPRD Alor Paulus Buche Brikmar dan Wakil Ketua Yermias Karbeka. 

Abdul Rahman menegaskan bahwa  kesempatan pertemuan ini merupakan pengaduan korban dan keluarga korban terhadap Lakalantas yang melibatkan oknum anggota DPRD Alor  secara lisan.

Abdul Rahman kemudian menyampaikan  kronologis kejadian dimana, tepatnya Senin,  tanggal 18 Agustus 2025  selepas Sholat Isa, sekitar Pukul 19 Wita lewat, orang tua kami ini (Hasan Jaku) setelah selesai Sholat Isa kemudian pulang. Korban melintasi jalan umum dan pada saat itu  korban berada di bahu jalan atau jalan diatas tanah, tidak berjalan diatas aspal.  

Kemudian, terjadi kecelakaan yang diketahui bersama bahwa yang menabrak korban adalah seorang anggota DPRD Alor dalam hal ini Pak Taufik.  

Dalam situasi dan kondisi itu, baik korban maupun pengendara yang menggonceng seorang ibu, keduanya mendapat pelayanan setelah kecelakaan,  baik dari aspek aksi massa ataupun penanganan sementara (diarahkan ke rumah keluarga agar meghindar dari amukan massa dan dikompres dengan air panas), dan itu dilakukan.

Yang disayangkan demikian Abdul Rahman, sementara proses itu dilakukan saudara Taufik Syahbudin yang lukanya di hidung karena benturan meninggalkan korban tanpa melihat korban dan menyelamatkan diri untuk melakukan pengobatan di IGD RSD Kalabahi.  

Selanjutnya, keluarga mengantarkan korban (Hasan Jaku) ke IGD RSD Kalabahi , tempat dimana Pak Taufik melakukan perawatan. Jaraknya tidak terlalu jauh di IGD RSD Kalabahi antara korban dan Pak Taufik dilakukan perawatan. Korban di bagian kanan dan di kiri ada Pak Taufik, dilakukan penanganan yang sama.

Disayangkan lagi, pada proses penanganan medis yang bersamaan itu, Pak Taufik yang merasa sudah sembuh ataupun sudah sehat kembali tanpa melihat korban, kata Abdul Rahman.

Menurut dia, durasi waktu mulai proses di lokasi kejadian hingga RSD Kalabahi hingga Keesokan Sore Harinya, Selasa (19/08/2025) Pukul 16.00 Wita  lewat korban diantarkan kembali ke rumah korban di Dulolong itupun Pak Taufik tidak melihat sama sekali.  

Artinya terang Abdul Rahman, 1 X 24 Jam sebagai manusia biasa tentunya saya sebagai salah satu anak saya merasa … Pak Taufik ini bukan tidak kenal saya … saya juga melindungi dia agar tidak terjadi amukan massa … nomor hp saya ada di beliau juga. Yang saya sayangkan dari durasi waktu sekian itu tidak melihat korban ataupun SMS tanya saya … Bapak bagaimana, itu saja cukup, kita manusia.  

Dikatakannya, kita  semua pengedara, penikmat jalan raya. Hal yang sial itu bisa terjadi sama siapapun pengendara, tetapi sebagai manusia, ada etikanya. Hari ini biar orang itu bersalah seribu kalipun tetapi itikat baik dalam hal ini melihat keluarga, tentu keluarga tidak mungkin  menolak. Dan itu adat budaya yang ditanamkan leluhur kita yang ada di Alor ini, baik muslim maupun kristen.

Saya ini darah Dulolong, Pura dan Jawa. Saya tau betul karakter kita masyarakat Alor. Persoalan apapun itu bisa diselesaikan, tetapi seperti yang tadi saya gambarkan, ujar Abdul Rahman.

Kami merasa, kami tidak punya harga diri di mata seorang anggota DPRD. Kami Merasa kami tidak ada apa-apanya. Mungkin karena kami hanya masyarakat biasa … atau masyarakat miskin sehingga dia menganggap kami tidak ada apa-apanya, kata Abdul Rahman dihadapan dua pimpinan DPRD Alor dengan nada meninggi.

Jika hari ini dia ada dalam keadaan yang tidak sehat atau belum sehat betul … tidak rasional. Bagaimana anda tidak sehat bagaimana anda keluar dari rumah sakit itu sebelum orang tua ini keluar. Tapi itupun kami masih bersabar, dengan rasa sabar itu kami tetap menunggu, katanya sembari menegaskan tepat Pukul 10.00 Wita Rabu kemaren (20/08/2025) proses ini kami sudah sampaikan di polisi.

Yang lebih kami sayangkan terang Abdul Rahman, dari rentang waktu kecelakaan hingga saat ini beliau juga belum  sampai   melihat kondisi korban.

Bahkan kemaren (Rabu, 20/08/2025) dia (TS) masih munculkan di media bahwasanya akan melaporkan saya. “Saya ingin tegaskan di Kantor DPRD ini, seluruh masyarakat yang ada di Indonesia ini memiliki hak yang sama di mata hukum. Ingat itu, duduk sama rendah berdiri sama tinggi,” tandas Abdul Rahman.

Dia mengaku  bersyukur sekali dihadapan perwakilan anggota DPRD baik Pak Ketua dan Pak Wakil dan seluruh yang hadir pada kesempatan ini, sesuatu hal yang biasa, kami berterimakasih atas penerimaan ini.

Kemaren tambah Abdul Rahman, rencananya surat kami tujukan kepada Badan Kehormatan DPRD, tetapi itupun kami masih bersabar sampai hari ini, bagaimana itikat baik Pak Taufik, tetapi dengan media yang dia lancarkan di FB maupun media seolah-olah dia merasa dia benar.

Klarifikasi yang TS lakukan itu merupakan haknya.  Kami ada hari ini bersama korban, saksi yang melihat langsung terjadinya kecelakaan, saksi yang mengantar beliau. Kami hanya dengan 3 orang saksi tetapi yang minta menjadi saksi itu lebih dari 20 orang, mereka siap menjadi saksi, terangnya.

Abdul Rahman mengaku, istrinya TS sudah ke rumah korban di Dulolong, Rabu kemaren (20/08/2025)  tetapi ditolak korban.  

Sedangkan korban Lakalantas, Hasan Jaku kepada Pimpinan DPRD Alor dalam pertemuan itu mengatakan jika ia ditabrak dari belakang. *** morisweni

Pos terkait