KALABAHI,RADARPANTAR.com-Tahun Anggaran 2025 tinggal dua bulan lebih. Sejumlah kontraktor besar masih mengerjakan proyek milyaran rupiah. Sayangnya, mereka tidak pernah mengambil BBM Industri jenis Solar. Akibatnya, BBM Subsidi milik rakyat miskin jadi sasaran. Hak rakyat miskin atas Solar Subsidi terus dirampok para borjuis.
Manajemen Depo Pertamina kepada wartawan menegaskan, dalam Tahun Anggaran 2025 ada beberapa perusahaan dan instansi di Kabupaten Alor yang rutin membeli solar industry. Tidak ada ada perusahaan atau kontraktor yang tercatat membeli BBM dengan harga industri di Pertamina.
Jika ini faktanya, maka sejumlah kontraktor besar seperti yang mengerjakan Gedung Lantai 2 Kejaksaan Negeri Alor, PT. Imam Karya yang sedang mengerjakan Penggantian Jembatan Lembur dengan total anggaran sebesar Rp. 22,4 Milyar lebih, PT. Tunas Baru Abadi yang mengerjakan Penanganan Long Segmen Ruas Jalan Kalabahi-Kokar dengan alokasi anggaran sebesar Rp. 4,9 Milyar lebih dan Ruas Jalan Moru-Mataraben membeli BBM harga subsidi jenis Solar. Padahal, pemiliki perusahaan kaya raya ini harusnya membeli BBM harga industri di Pertamina.
Kepala Operasional Penyaluran BBM Depo Pertamina Kalabahi, Rizad Anthoni ketika dikonfirmasi Wartawan, Kamis 16 Oktober 2025 mengatakan, dalam tahun 2025 ada beberapa perusahaan dan instansi di Kabupaten Alor yang rutin membeli solar industri, tidak ada perusahaan atau kontraktor yang tercatat membeli BBM Industri jenis Solar.

Papan Proyek Proyek Jembatan Lembur Yang dikerjakan dengan anggaran puluhan milyard tetapi tidak pernah belim BBM Subsidi Jenis Solar di Pertamina. FOTO: OM MO/RP
Anthoni yang saat itu didampingi Manager Operasi atau Penanggung jawab Depo Pertamina Kalabahi Sigit Suseno, Yunior Supervisor Penyaluran Habib Alqodri dan Pejabat Layanan Jual Ibrahim Saleh menambahkan, tidak ada perusahaan kontraktor yang tercatat membeli BBM dengan harga industri di Pertamina.
Anthony kemudian menyebutkan bahwa perusahaan yang tercatat rutin membeli solar industri di Depo Pertamina adalah PLN, ASDP, PT. TOM dan PT. Cendana, serta yang juga membeli BBM industri tetapi jenis pertalite adalah kapal-kapal pesiar yang masuk Alor.
Menariknya, Tahun Anggaran 2025 tinggal 2 bulan lebih tetapi Anthony mengaku, dalam tahun ini sampai saat ini tidak tercatat atau tidak ada kontraktor yang membeli BBM Industri di Pertamina. “Kalau tahun sebelumnya atau tahun lalu itu ada dari PT. Karya Baru Calista. Tapi tahun ini tidak ada,” ungkap Anthony.
Menurut Anthony untuk harga solar industri ini setiap minggu mengalami perubahan, tergantung nilai dolar. Berbeda dengan harga solar subsidi yang dijual di SPBU adalah harga tetap atau sesuai dengan Permenkeu RI yakni Rp. 6.800/Liter.
Sementara ketika disinggung tentang SPBU juga menjual Solar non subsidi, Anthony mengatakan memang itu benar dan solar non subisidi itu penjualannya untuk mobil-mobil khusus dan bukan untuk kendaraan proyek.

Papan Proyek Jalan Ruas Kalabahi-Kokar, dikerjakan dengan anggaran milyaran rupiah tetapi kontraktor tidak pernah beli BBM Industri jenis Solar di Pertamina. FOTO: OM MO/RP.
Berkaitan dengan penjelasan Manajemen Depo Pertimana Kalabahi ini, maka timbul pertanyaan dari mana BBM Solar yang dipakai kendaraan-kendaraan proyek yang tengah beroperasi mengerjakan proyek, dan juga kegiatan proyek yang tengah dijalankan. Solarnya diambil dari mana. Jika mengambilnya dari Solar subsidi maka hak rakyat kecil telah dirampok oleh pihak-pihak yang tidak bertanggungjawab. *** morisweni






