Kembali Belajar Dari Rumah, Sekolah Tidak Boleh Melakukan Kegiatan MOS

Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten Alor, Albert N. Ouwpoly, S.Pd, M.Si. FOTO:ITIMEWAH
Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten Alor, Albert N. Ouwpoly, S.Pd, M.Si. FOTO:ITIMEWAH

KALABAHI, RADARPANTAR.com-Eskalasi penyeberan covid-19  meroket. Di Kabupaten Alor, pasien positif virus mematikan ini sudah diatas 270-an orang. Karenanya, Dinas Pendidikan setempat kembali menerapkan Belajar Dari Rumah (BDR). Khusus wilayah tertentu yang punya kesulitan khusus dikasih kebijakan Belajar Tata Muka (BTM) terbatas. Sekolah dilarang melakukan kegiatan MOS (Masa Orientasi Sekolah) dan kegiatan awal tahun ajaran.  

Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten Alor, Albert Ouwpoly, S.Pd, M.SI kepada wartawan di Ruang Kerjanya, Kamis (15/07) membenarkan bahwa pihaknya menerapkan kembali metode Belajar Dari Rumah (BDR) yang dimulai  tanggal 12 Juli hingga 24 Juli 2021.

Bacaan Lainnya

Kepala Dinas Pendidikan mendapat arahan dan petunjuk dari Bupati Alor pada tanggal 9 Juli 2021 melalui Ketua Satuan Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 bahwa perkembangan covid-19 yang begitu melonjak dan tersebar di lebih dari lima kecamatan, hampir ada di setiap kecamatan yang mana anak-anak harus kita selamatkan maka kita kembali menerapkan metode BDR untuk 14 ke depan, ungkap Ouwpoly.

Ouwpoly yang digadang siap mengikuti PIlkada Alor 2024 mendatang ini mengaku instansi yang dipimpinnya sudah menyurati pihak sekolah  pada tanggal 9 Juli 2021  sebagai  penegasan kepada sekolah-sekolah untuk melangsungkan proses belajar dari rumah.

Dalam perjalanannya kita harus melakukan evaluasi, kita sudah memastikan tidak boleh ada kegiatan MOS, tidak boleh lagi ada kegiatan awal tahun pelajaran karena anak-anak harus belajar dari rumah, ujarnya.

Meski BDR tetapi terang Ouwpoly, guru masuk sekolah terbatas untuk menyiapkan materi atau bahan ajar media alat bantu belajar yang efektif dipakai masing-masiing sekolah sesuai aplikasi yang disiapkan oleh kementrian.

Dijelaskannya, dari belasan aplikasi media belajar daring itu tinggal sekolah memilih. Tentu masing-masing sekolah menganalisis kemampuan internal maupun eksternal. Apalah arti menggunakan media whatsapp tetapi anak-anak rata-rata tidak memiliki handpone  maka dia akan BDR  tetapi dipantau. Bahan disiapkan oleh guru, diantar ke siswa setiap minggu baru guru melakukan evaluasi selain membimbing, karena tentu sekolah yang ada di kota beda dengan pedalaman atau desa.

Dia menegaskan, berdasarkan rapat di Dinas Pendidikan, Kamis (15/07) ternyata dugaan pihaknya ternyata benar.  Bahwa ada kesulitan besar dalam proses BDR karena tofografi wilayah. “Saya ambil contoh di SMP Negeri Halerman, itu anak-anak datang dari beberapa kampung dan itu saling berjauhan. Kalau dia BDR, guru mau jalan satu kampung sudah makan waktu dan pasti itu capai. Karena itu untuk sekolah-sekolah seperti diterapkan belajar tatap muka terbatas,” ungkapnya.

Menurut Ouwpoly, BDR ini sangat bergantung dari peran orang tua wali dank arena itu dalam himbauan pihak Dinas Pendidikan berharap adanya dukungan penuh dari orang tua wali. Orang tua harus memastikan anak dari 2 hingga 3 jam itu ada belajar atau tidak.

Selanjutnya Ouwpoly yang juga salah satu bakal calon Bupati Alor dari Partai Golkar ini minta agar  anak-anak  tidak disertakan dalam kegiatan sosial keagamaan, kemasyarakatan dan kekeluargaan yang sifatnya menimbulkan kerumunan karena anak-anak sangat rentan karena virus delta ini anak lebih berpotensi untuk tertular.

Karena itu mantan Ketua KNPI Kabupaten Alor ini berharap orang tua wali harus membatasi anak untuk tidak boleh keluar rumah.

Ouwpoly mengaku selanjutnya akan melakukan pemantauan. Kesempatan pihaknya mengambil langka itu antara lain seluruh pegawai atau pejabat yang bekerja dari rumah dia tidak bekerja dari rumah. Dinas tugaskan untuk melakukan pemantauan BDR, memastikan anak-anak ada BDR atau tidak berdasarkan jadwal yang diberikan sekolah.   Akhirnya lanjut Ouwpoly, pihak dinas mendapat informasi, anak-anak ada BDR atau tidak, karena setiap rumah harus kita rekap. Kita target 1 orang pegawai bisa memantau 3-5 siswa melalui bekerja dari rumah. Sekolah turun pantau, anak belajar dimana,  berapa orang yang terlibat, guru punya proses pembimbingan bagaimana.  “Kita coba kembangkan proses BDR dengan metode seperti itu. Ini semata-mata untuk memastikan agar anak tidak menjadi korban kebijakan BDR ini,” terangnya.  

Dinas Pendidikan demikian Ouwpoly minta agar para Kepala Sekolah dan setiap guru memberikan laporan.  Tetapi setelah dipertimbangkan, bagaimana sekolah-sekolah dan guru yang bertugas di kepulauan dan pedalaman memberikan laporan kalau sementara ada dalam rumah. Dinas memutuskan untun turun ke lapangan memantau para sekolah dan guru melangsungkan proses belajar dari rumah sehingga kita tidak salah memberikan pertimbangan.  

Untuk Teluk Mutiara, Kabola, Alor Barat Laut khusus daratan, Alor Barat Daya khusus bagian utara Buraga dan sekitarnya kita terapkan BDR. Sedangkan yang lain itu belajar tatap muka terbatas.

Dalam pengamatannya ketika melakukan kunjungan ke pedalaman jelas Ouwpoly,  masih ditemukan sulitanya mengatur anak-anak-anak di pedalaman melakukan proses belajar dari rumah. “Pagi orang tua ke kebun, anak-anak angkat kartupel ikat di testa jalan masuk hutan piti burung,” jelasnya. *** morisweni

Pos terkait