KALABAHI,RADARPANTAR.com-Bupati Kabupaten Alor Drs. Amon Djobo, M.AP memberikan apresiasi kepada Kantor Bahasa Prooinsi Nusa Tenggara Timur yang memfasilitasi pelaksanaan Festival Bahasa Ibu, Bahasa Abui, Rabu 09 Agustus 2022. Pasalnya, festival Bahasa Abui yang diikuti 16 sekolah yang terdiri dari SD dan SMP di wilayah suku Abui, Kabupaten Alor ini merupakan era baru melestarikan bahasa ibu salah satu suku terbesar di kabupaten yang berbatasan laut dengan negara baru Republik Demokrat Timor Leste (RDTL) yang hampir punah.
Ketika membuka kegiatan TOT bagi guru utama Bahasa Abui di Simpony Hotel di Kota Kalabahi, saya bilang orang Abui masih hidup ini yang saya heran. Artinya, hidup itu bukan hidup karena ada nafas, bukan! Tetapi bahasa Abui ini ternyata masih hidup, budayanya masih hidup, itu yang saya maksudkan. Jadi bukan Bupati bilang kamu orang Abui mati semua, itu dorang bisa turun potong sama saya, kata Djobo memulai sambutan dalam Festival Bahasa Ibu, Bahasa Abu yang diselenggarakan Kantor Bahasa Propinsi Nusa Tengga Timur, Rabu (09/11) di Tugu Lilin yang merupakan Destinasi Wisata Kota Kalabahi.
Menurut Djobo, hidup yang saya maksudkan adalah hidup dalam pemahaman yang luas. Artinya, bahasa masih ada, budaya masih ada, kehidupan manusia di Abui masih ada. Dan bahasa ini menandakan budaya, harkat dan martabat hidup orang Abui.
Karena itu Djobo menyampaikan terimakasih banyak kepada Kepada Kantor Bahasa Propinsi Nusa Tenggara Timur yang menjadikan Bahasa Abui sebagai titik tolak dilakukannya TOT bagi guru muda Bahasa Abui beberapa waktu silam, kemudian ditindaklanjuti melalui festival yang diselenggarakan saat ini.
Suku Abui ini menurut Djobo merupakan suku yang besar di Kabupaten Alor. Suku ini besar tetapi bahasanya hampir mati, hampir punah. Kalau suku besar tetapi bahasanya punah, apa gunanya.
Ini yang menurutnya mendorong pentingnya dilakukan kerjasama antara pemerintah Kabupaten Alor dengan Kantor Bahasa Propinsi Nusa Tenggara Timur, melakukan penelitian, selanjutnya dilakukan … TOT bagi Guru Muda Bahasa Abui dan ditindak lanjuti dengan digelarnya festival bahasa Abui saat ini.
Selanjutnya demikian Djobo, akan ada festival tingkat propinsi dan tingkat nasional. Kepada tokoh-tokoh dari Abui yang menuturkan bahasa ibu ini tidak boleh punah, tidak boleh hilang, tidak boleh lenyap . Hari ini sudah mulai kita sebarkan, sekaligus kita pulang dan kita lestarikan.
Dalam pandangannya terang Djobo, bahasa indonesia ini lebih banyak digunakan orang-orang Abui, ini yang menyebabkan bahasa daerah terutama bahasa Abui terancam punah.
Djobo mengaku senang dengan basodara yang ada ada di Otvai, bahasa Indonesia berkembang luas di semua tempat tetapi sebutan Nimang, feilae dan seterusnya itu tidak pernah hilang. “Kita punya ini tidak, di Abui ini semua hantam bahasa Indonesia sehingga bahasa Abui terancam punah. Salah satu menyebab itu bisa juga karena orang-orang tua yang bisa tutur bahasa Abui itu banyak sudah mendahului kita,” ungkapnya.
Saya harapkan kepada peserta yang datang dari Abui maupun turunan Abui bisa harus memahami betul bahasa ibu ini dengan baik. Apa yang sudah dirintis oleh Kantor Bahasa Propinsi Nusa Tenggara Timur menyelenggarakan festival bahasa Abui harus kita apresiasi, kata Djobo mengajak.
Teman-teman muda ini jangan beranggapan begini, saya ini pemuda yang nanti akan mewariskan hal-hal baik kepada diri saya, keluarga maupun teman-teman. Jangan pernah beranggapan bahwa generasi ini ada juga sama, tidak ada juga sama. Itu sama dengan gajah mati tetapi tidak meninggalkan gading.
Kita mesti wariskan sesuatu yang baik kepada generasi yang akan datang bahwa inilah orang Alor. Inilah kami punya budaya … inilah kami punya martabat dan kehormatan, pungkas Djobo.
Dijelaskannya, kehadiran Kantor Bahasa Propinsi Nusa Tenggara Timur melalui kegiatan ini paling tidak sudah memberikan titik terang bagi kami untuk menguatkan jati diri kami orang Alor bahwa inilah kami. Apapun yang terjadi di daerah ini, kita tidak pernah akan mundur satu langka pun, karena kita pemilik sah negeri ini. Baik tidak baik, kita ini lah yang bisa bangun ini negeri, tidak ada orang lain.
Djobo menambahkan, suku Abui adalah suku yang besar, karenanya bahasanya (bahasa Abui) harus ditumbuh kembangkan sehingga dengan demikian mendorong kita punya budaya, mendorong kita punya niat, hati, kita terpikat dengan bahasa ibu pada kampung halaman bahwa kami juga bisa. Walaupun kami ada di gunung lemba tetapi kami juga bisa.
“Abui sekarang apa yang belum kita banguan. Jalan Raya mulai dari Kalabahi-Mainang hingga Kalunan sudah kita bangun sekarang,” kata Djobo.
Koordinator Tata Usaha Kantor Bahasa Propinsi Nusa Tenggara Timur Irwan Pellondou mengatakan, Festival Tunas Bahasa Ibu Revitalisasi Bahasa Abui tingkat kabupaten merupakan salah satu tahapan dalam rangkaian program Merdeka Belajar Episode-17.
Dikatakan Irwan, revitalisasi Bahasa Daerah di Provinsi Nusa Tenggara Timur pada Tahun 2022 diadakan di 5 titik Bahasa yaitu, bahasa Abui, Kambera, Dawan, Manggarai dan Rote.
Tahapan dalam program Revitalisasi Bahasa Abui menurut Irwan dimulai dari pelatihan bahasa Guru Utama berbahasa Abui pada tanggal 26-30 Juli 2022 di Hotel Simfony, diikuti oleh 31 guru. “Pembelajaran dan pengimbasan bahasa Abui oleh guru utama pada bulan Agustus-Oktober 2022. Pemantauan implementasi di sekolah dilakukan Kantor Bahasa pada Oktober 2022,” ujarnya.
Dari festival bahasa ibu, bahasa Abui yang kita selenggarakan, Rabu 09 November 2022 di Destinasi Wisata Kota Kalabahi ini produknya akan mengikuti festival tunas bahasa ibu tingkat provinsi pada akhir November 2022 secara daring dan selajutnya secara berjenjang akan ada festival tunas bahasa ibu tingkat nasional pada bulan Februari 2023 mendatang.
Menurut Irwan, festival tunas bahasa ibu bahasa Abui ini dimeriahkan dengan berbagai mata lomba dengan menggunakan bahasa Abui, diantaranya, membaca puisi, pidato, mendongeng, pantun/syair, nyanyian rakyat, dan lego-lego, yang diikuti oleh siswa-siswi (SD dan SMP) 16 sekolah di wilayah berbahasa Abui di Kabupaten Alor.
Penampil terbaik mendapatkan apresiasi dari Kantor Bahasa Provinsi Nusa Tenggara Timur. Diharapkan kegiatan festival tunas bahasa ibu bahasa Abui ini dapat menumbuhkan kembali rasa cinta terhadap bahasa daerah di kalangan generasi muda dan mengajak para pemangku kepentingan untuk melindungi bahasa daerah melalui berbagai pendekatan, pinta Irwan.
Target jangka panjang dari kegiatan ini adalah demikian Irwan, adanya pengimbasan penggunaan bahasa Abui sebagai bahasa ibu dalam kehidupan masyarakat Abui. Masyarakat, khususnya generasi muda sebagai penerus agar mencintai bahasa Abui sebagai bahasa Ibu dan bangga menggunakan dan terus melestarikan, pungkasnya.
Beberapa jenis lomba dalam festival dinilai dewan apresiator yang terdiri dari Kepala Dinas Kebudayaan Kabupaten Alor Mesak Blegur, S.PI, Jamaludin dan Korwas SMP. Hasilnya, lomba pidato Juara I diraih UPTD SMPN 2 Kalabahi B, Juara II UPTD SD Negeri Welai, Juara III SD GMIT 22 Mola, Juara IV UPTD SMPN 2 Kalabahi A dan Juara V UPTD SMPN 2 Kalabahi C. Lomba ceritera pendek, Juara I UPTD SMPN 2 Kalabahi B, Juara II UPTD SD Neger Welai, Juara III UPTD SMPN Padang Alang, Juara IV UPTD SMPN 2 Kalabahi A, Juara V UPTD SMP Negeri Takalelang. Lomba Pantun/Syair dijuarai SMP Kristen 4 Mebung. Lomba Baca Puisi, Juara I UPTD SMPN 2 Kalabahi, Juara II SD GMIT 023 Ruilak, Juara III SD GMIT 023 Takalelang, Juara IV UPTD SD Negeri Benlelang, Juara V UPTD SMPN Mainang. Lomba Fragmen dijuarai tim UPTD SMPN Apui. Lomba Lego-lego dijuarai tim dari SD GMIT 023 Takalelang *** morisweni