KALABAHI,RADARPANTAR.com-Baru seumur jagung bergerak melayani Makanan Bergizi Gratis (MBG), dapur perintis MBG milik Yayasan Abdi Mulia Sejahtera digoyang aroma tak sedap. Yayasan Pimpinan Muliawan Jawa ini dituduh secara sepihak mengalihkan transferan anggaran MBG ke rekening lain, bukan ke rekening yayasan yang selama ini dikelola Ketua dan Bendahara Yayasan. Ada upaya menarik paksa jabatan Bendahara Yayasan yang selama ini dijabat Aisyah Bahweres.
Ada hal-hal yang perlu saya klarifikasi dari dapur Yayasan Abdi Mulia Sejahtera yang bermitra dengan Badan Gizi Nasional, yakni menyangkut dengan intern yayasan dimana saya posisi sebagai bendahara yayasan, sejak Apri 2025 hingga saat ini sudah tidak dilibatkan lagi sebagai bendahara. Keuangan dari transferan sewa yang harusnya masuk ke rekening yayasan tetapi rekening itu sudah tidak difungsikan lagi, kata Aisyah Bahweres dalam jumpa pers dengan pekerja media di Kalabahi.
Sampai dengan saat ini saya juga tidak tahu berapa banyak pencairan yang sudah masuk dan pemanfaatannya untuk apa juga saya tidak tahu, ungkapnya.
Aisyah minta kejelasan dari pihak terkait, khususnya Pembina Yayasan, Gabriel Abdi Kusuma Beribina dan Ketua Yayasan Muliawan Djawa karena namanya sebagai bendahara Yayasan Abdi Mulia Sejahtera masih sah tercatat di akta notaris.
Menyangkut dengan suplayer Aisyah minta kejelasan juga karena namanya sebagai suplayer sudah terdaftar di portal BGN dan terdaftar juga di statistik, sejak April 2025 hingga saat ini ia tidak menjalani suplayer dan sudah dialihkan langsung ke SPPI yang mengelola atau melakukan belanja langsung.
“Saya minta kalau memang saya sudah tidak jadi suplayer lagi, nama saya yang terdaftar di portal BGN dan statistik tolong dirubah atau diberhentikan biar ada kejelasan,” pintanya.
Menyangkut haknya yang ada di dalam dapur dimana dapur ini saya yang rintis dan bangun karena bagian dari orang yayasan. Sebagian besar bangunan itu milik saya dan sebagian besar peralatan yang ada di dapur yang sampai saat ini adalam milik saya. Pihak yayasan tidak membicarakan bagian dari aset saya ini seperti apa. Saya butuh kejelasan juga dari pembina yayasan Abdi Mulia Sejahtera dan Ketua Yayasan, pinta Aisyah menambahkan.
Aisyah mengaku kondisi yang ia alalami saat ini sudah diketahui oleh pihak yayasan tetapi sampai dengan hari ini ia tidak pernah diminta untuk memberikan klarifikasi.
Menariknya pihak pengawas yayasan sudah tiga kali bersurat untuk menggelar pertemuan intern yayasan untuk mencari solusi tetapi selalu diabaikan Ketua dan SeKretaris Yayasan.
Melalui pemberitaan ini Aisyah berharap bisa mendapatkan kejelasan soal hak-haknya, termasuk kejelasan mengenai tugas dan tanggung jawabnya yang ada di Yayasan Abdi Mulia Sejahtera.
Dia mengaku mendapatkan informasi dari Ketua Yayasan untuk melakukan pertemuan di intern yayasan, tetapi sudah beberapa kali undangan keluar dari pengawas yayasan, tetapi selalu dibatalkan dengan alasan Ketu Yayasan dengan alasan sibuk. Hingga hari ini tidak ada itikat baik untuk melakukan pertemuan secara intern dalam mencari solusi.
“Bagi saya karena kita ini bagian dari orang yayasan, pengurus yayasan yang mana kalau ada hal-hal intern di dalam, ada dasar hukum kita di akta notaris itu diminta untuk bermusyawarah mencari solusi terbaik, tetapi hingga saat ini diabaikan saja,” ungkap Aisyah.
Aisyah kemudian merinci hak-haknya, dapur MBG yang sebelumnya merupakan bangunan tempat usaha. Karena saya bagian dari Yayasan sehingga untuk mendukung program ini saya berkontribusi dengan cara menutup tempat usaha saya dan mendirikan dapur yayasan di tempat usaha saya.
Selanjutnya demikian Aisyah, sebagian besar material dan peralatan yang ada di dalam dapur itu milik pribadinya yang dipindahkan dari kafe miliknya di Pantai Reklamase Dulionong untuk mendukung operasional dapur MBG milik Yayasan Abdi Mulia Sejahtera.
“Semua aset saya di beberapa tempat usaha saya pindahkan ke untuk urus dapur MBG. Tujuannya supaya program ini bisa jalan. Tetapi akhirnya saya diabaikan begitu saja,” ujar Aisyah dengan nada setengah kesal.
Dijelaskannya, hanya untuk mendukung dapur pertama di Alor, ia harus menutup kafe miliknya di Pantai Reklamase Dulionong dan semua peralatannya dipindahkan ke dapur untuk mendukung suksesnya program makan bergisi gratis.
Untuk peralatannya yang ada di kafe itu karena di Yayasan Abdi Mulia Sejahtera ini tidak pernah ada anggaran atau kasih keluar anggaran untuk belanja kursi, meja, lemari sehingga semua itu bagian dari barang pribadi dari kafe yang dipindahkan untuk mendukung dapur, ujarnya menambahkan.
Saya tutup kafe saya dengan harapan karena saya bagian dari orang yayasan, terus di dalam akta pendirian itu kalau kita pengurus juga ada semacam gaji atau honor, sehingga semua cara saya tempu biar program ini bisa berjalan di Alor, tuturnya.
Yang pasti dengan kondisi yang saya alami saat ini saya merasa sangat-sangat dirugikan dalam hal saya sudah tidak dilibatkan dalam yayasan, saya juga sudah tidak punya usaha apa-apa lagi, kata Aisyah.
Karena kondisnya seperti ini sehingga Aisyah menegaskan jika ia membutuhkan kejelasan dan meminta ganti rugi, karena semua anggaran untuk sewa bangunan, sewa operasional dan sewa peralatan itu ada. Dan anggaran itu berjumlah dua ribu perhari dikali jumlah penerima tetapi selama ini anggarannya tidak pernah ia dapatkan untuk menebus aset miliknya. Sampai dengan saat ini kejelasan soal aset saya tidak ada kejelasan.
Aisyah menegaskan bahwa ia sama sekali tidak memiliki niat untuk menggagalkan atau mau menghambat program ini. Saya pikir masyarakat Alor tahu … bagaimana pengorbanan dan perjuangan saya dalam hal mendukung program ini sampai Alor kita sudah berhasil punya 1 dapur dan pelayanannya sudah ada ke sekolah-sekolah.
Dia mengaku pencairan terakhir bulan April 2025, terus sudah tidak ada lagi pencairan yang masuk ke rekening yayasan, saya tidak pernah tahu kapan masuknya, kapan pencairan, berapa jumlahnya, pemanfaatannya untuk apa dan saya juga tidak pernah dikasitahu alasan apa uang itu tidak masuk di rekening yayasan dan alasan apa saya tidak dilibatkan, sampai hari ini saya tidak dapat informasi apapun.
Ditegaskan Aisyah bahwa ini masalah murni antara dia dengan Yayasan Abdi Mulia Sejahtera, tidak ada keterkaitan dengan program makan begizi gratis.
Dia berharap penuh agar persoalan ini bisa ada solusi supaya jangan menganggu ini program makan bergizi gratis, sebagaimana harapan bersama orang-orang yayasan sejak awal bergerak. Tetapi kalaupun tetap diabaikan dan tidak ada kebijakan dari pihak yayasan atau tidak punya itikad baik maka sudah pasti saya akan tetap mempertahankan dan memperjuangkan hak-hak saya.
“Kalau sampai tidak bisa maka dapur itu saya bongkar, kalau tidak pertanggungjawabkan hak saya maka semua aset saya akan saya ambil kembali, termasuk bangunan saya. Entah itu dengan cara saya segel bangunan saya atau saya bongkar. Yang pasti itu bagian dari hak pribadi saya yang belum ada kejelasan dari pihak yayasan,” pungkas Aisyah.
Dia menegaskan kembali bahwa ini murni masalah intern yayasan dan bukan masalah luar biasa yang tidak bisa terselesaikan. Tetapi ada upaya atau sangat kelihatan dari pembina yayasan dan ketua yayasan Abdi Mulia Sejahtera yang benar-benar mau mengabaikan saya dan saya tidak dipedulikan dan tidak mengindahkan hak-hak saya.
Semua upaya yang sedang saya tempu ini kalau tidak dihiraukan maka saya akan menempu langka hukum, karena hak-hak saya dilindungi oleh hukum, ujar Aisyah sembari menambahkan lagi bahwa ini masalah antara dia dengan yayasan yang tidak ada hubungan dengan program, tidak ada itikad untuk menghalang-halangi pelaksanaan program.
Untuk mengantisipasi kemungkinan menggiring masalah ini ke wilayah hukum, Aisyah menggandeng Lomboan Jahamou, SH sebagai penasehat hukum.
PH Aisyah Bahweres, Lomboan Jahamou, SH. FOTO:DK
Menurut Lomboan, tidak ada niat dari kliennya untuk menghalang-halangi program MBG karena sejak awal kliennya yang justru berdarah-berdarah membangun dapur, bahkan mengalihkan perlengkapan dari beberapa tempat usaha untuk mendukung dapur MBG supaya segera bergerak melayani siswa-siswi dalam memberikan makanan bergisi gratis.
Soal insiden di dapur demikian Lomboan, semuanya itu merupakan peringatan kepada pihak pimpinan yayasan supaya dapat menyelesaikan masalah yang ada di dapur. Karena sudah kliennya sampaikan beberapa kali tetapi tidak digubris oleh pimpinan yayasan.
Bukan untuk hambat program mulia ini. Sama sekali tidak ada niat dari kliennya menghalang-halangi pelaksanaan program MBG, ujarnya.
Ketua Yayasan Abdi Mulia Sejahtera Muliawan Jawa ketika dikonfirmasi wartawan enggan memberikan keterangan. *** morisweni